Sedikit Cerita Tentang Aku dan SM Cikepuh 2023

Awal perjalanan kembali dimulai, Selasa, 25 April 2023, mau tidak mau, ingin tidak ingin, raga harus kembali menjajaki kota Bogor lagi untuk melanjutkan kisah yang menyenangkan. Libur lebaran, satu hal yang harus direlakan demi mengejar impian. Agaknya berat ketika harus menitikberatkan salah satu hal untuk diutamakan, terlebih lagi waktu bercengkrama dengan keluarga, bukan? Namun, untuk menggapai hal yang diinginkan memang beberapa hal harus dikorbankan, iya kan?

Baiklah, inilah sejumput kisah singkat yang penulis alami ketika harus kembali ke kota ini, Bogor. Seperti yang sudah disinggung di awal prolog, 25 April 2023 merupakan waktu dimana aku kembali ke Bogor untuk mengikuti kegiatan alam terbuka kembali, yang disebut sebagai Eksplorasi. Eksplorasi ini dilakukan selama 5 hari di lapang, tepatnya di Suaka Margasatwa Cikepuh Blok Citirem, namun sedari tanggal 25 April persiapan harus sudah dimulai, baik persiapan diri, maupun persiapan logistik keseluruhan. Persiapan kita lakukan selaku tim Eksplorasi selama 2 hari, yaitu tanggal 25 dan 26 April 2023. Setelah semua persiapan telah usai, tibalah hari keberangkatan di tanggal 26 April, tepatnya di malam harinya, pukul 20.00 WIB.

Perjalanan yang cukup panjang menuju Resort Suaka Margasatwa Cikepuh, sembari menunggu tiba di tempat, tentunya berkelakar dengan kawan ketika di truk adalah salah satu hal yang menyenangkan. Aku bisa melihat kawan-kawanku tertawa lepas karena gurauan satu dengan yang lainnya yang bersahut-sahutan, dan sungguh ini hal yang menggembirakan.

Walaupun kita saling mengetahui bahwa akan merasakan lelah yang begitu besar, namun sebesar itu juga rasa lelah akan kita hiraukan. Jarak, waktu, sudah beberapa kemudian telah berlalu. Aku dan kawanku mulai tak kuasa menahan kantuk, alhasil kita terlelap beberapa saat sembari menunggu tiba di tempat. Setelah perjalanan yang cukup panjang dengan waktu tempuh kurang lebih sekitar 7 jam, pukul 02.56, tanggal 27 April 2023, aku sampai di Resort Suaka Margasatwa Cikepuh.

Betapa terkagumnya aku ketika turun dari truk, melihat cakrawala diselimuti dengan bintang seelok dan sedekat itu dari jarak pandangku, lagi dan lagi aku merasa bersyukur itu perlu untukku lakukan. Tak pernah di waktu-waktu sebelumnya aku melihat bintang seindah ini, bersyukur, aku bersyukur telah sampai disini, terimakasih, terimakasih aku ucapkan kepada diriku sendiri yang sudah mau untuk berjalan sejauh ini demi menikmati keindahan alam semesta ciptaan sang pencipta. Setelah beberapa saat aku habiskan untuk menengadahkan kepalaku menatap bintang, aku kembali melanjutkan agenda berikutnya dan beristirahat.

Kemudian setelah cukup lama beristirahat, akhirnya pada pukul 06.00 aku dan kawanku melanjutkan perjalanan sekitar 6 Km menuju campsite. Aku karena menjadi advance, jadi harus jalan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan body dan sweeper. Sepanjang perjalanan, aku banyak bertanya kepada guide yang menemaniku di dvance. Aku bertanya soal rasa penasaranku terkait macan tutul Jawa (Panthera pardus melas), bertanya tentang ada atau tidaknya pemburu di tempat aku melakukan penelitian, dan masih banyak hal lainnya yang aku tanyakan.

Mirisnya ketika aku bertanya soal pemburu, aku terkejut karena ternyata terdapat aktivitas perburuan liar di tempat aku melakukan penelitian, terlebih saat ini sangat banyak jalur yang dapat dilewati. Tidak terasa, obrolan demi obrolan menghanyutkanku dalam perbincangan dengan guide yang mendampingiku.

Kemudian lama kelamaan ternyata lutut mulai terasa pegal dan pundak serasa jompo di usia remaja. “Aduh, lucunya aku ini, padahal ini belum seberapa,” ucapku sembari meledek diri sendiri.

Lelah, tak aku sangka ini adalah tracking yang sejauh ini paling melelahkan yang aku rasakan. Aku harus melewati perkebunan kelapa yang berasa tidak ada ujungnya, kemudian dilanjutkan dengan masuk ke dalam hutan untuk bisa sampai di tujuan. Setelah berhasil menguatkan diri untuk tetap berdiri, tibalah pada ujung dari hutan dan akhirnya sampai di pantai. “Tuhan, akhirnya aku sampai di sini, terimakasih,” ucapku sembari tersenyum kala itu. Selanjutnya, aku berjalan menyeberangi muara dengan tinggi air hingga menyentuh lututku dan dilanjutkan dengan menyusuri pantai hingga pada akhirnya aku tiba di campsite pukul 09.30. “Aku berhasil,” kataku dengan perlahan memejamkan mata untuk sejenak terlelap.

Setelahnya, aku melakukan marking area campsite menggunakan GPS dan dilanjutkan dengan mendirikan tenda logistik. Akhirnya pada pukul 11.01, kawan-kawan yang di belakang telah sampai juga di campsite. Beberapa saat kemudian, kita mulai membentuk campsite sedemikian rupa sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama. Di sore harinya pukul 15.00, aku melakukan survei dan tagging jalur untuk pengamatan. Ini merupakan hal yang baru untuk aku, pertama kali melakukan survei jalur untuk kebutuhan penelitian di suatu tempat. Jalur Cibabi, jalur inilah yang aku survei di sore ini, mengesankan, aku masih tak menyangka ternyata aku sudah sejauh ini melangkah. Sembari survei, aku turut mengamati kondisi sekitar jalur. Jalur yang aku survei ini memiliki kondisi vegetasi yang cukup rapat di awal jalur, sekitar di HM 0-3 dan sesudahnya vegetasi mulai terbuka sehingga jarak pandang pengamat lebih leluasa ketika melakukan pengamatan. Pada jalur ini pula terdapat padang rumput yang berada di HM 11 dan HM 14. Padang rumput ini sering sekali terdapat kerbau liar yang sedang makan dan berkubang karena di HM 14 selain merupakan padang rumput terdapat pula kubangan kerbau. Di jalur ini juga banyak tapak babi dan kerbau, serta kotoran kerbau.

Sebetulnya rencana awal jarak yang telah ditentukan adalah 20 Hm, namun guide yang mendampingiku mengatakan bahwasanya hanya bisa sampai pada 15 Hm dikarenakan jika diteruskan hingga 20 Hm tidak memungkinkan karena harus membuka jalur yang vegetasinya sangat rapat, alhasil jarak jalur yang digunakan di jalur Cibabi hanya sampai 15 Hm saja.

Oh iya, terdapat hal menarik ketika aku sampai di Hm 14, yaitu aku melihat elang yang sedang bertengger di atas pohon, rupanya yang aku lihat adalah elang brontok berwarna hitam. Sungguh menawan dan mengesankan rupa elang yang aku lihat di hari itu. Setelah sejenak menikmati paras elang brontok tersebut, akhirnya aku kembali menuju campsite karena survei dan tagging jalur telah selesai dilakukan. Sesampainya di campsite, aku beristirahat untuk menjaga kesehatan diri sendiri. Hingga pada malammya kita terdapat briefing divisi konservasi untuk persiapan pengamatan di keesokan harinya.

Keesokan harinya tanggal 28 April 2023, hari pengamatan perdana untukku sebagai calon anggota baru dari divisi konservasi karnivora. Pukul 06.00 aku mulai melakukan pengamatan di jalur leuwiurug sekaligus survei dan tagging jalur. Sepanjang jalur, aku kurang fokus untuk melakukan pengamatan dikarenakan harus bersamaan dengan survei jalur, terlebih lagi rupanya vegetasi di jalur ini lebih tertutup daripada jalur Cibabi dan tekstur tanahnya basah serta terdapat beberapa blok yang berlumpur. “Susah juga ya pengamatan sekaligus survei jalur, aduh, mana masih jauh lagi,” kataku sedikit menggerutu di dalam hati. Kemudian aku juga bertanya kepada guide terkait tempat yang potensial untuk pemasangan camptrap dan akhirnya aku memasang camptrap di HM 6. Setelah selesai pemasangan camptrap, aku melanjutkan pengamatan beserta survei jalurnya. Di jalur ini juga ditemukan tapak babi, tapak kerbau, kotoran kerbau, dan kubangan kerbau. Dengan sedikit idealisnya, aku bertanya kepada diriku, “Apakah aku dapat bertemu macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) di jalur ini?” karena memang vegetasi yang lebih rapat dan banyak tapak satwa mangsa dari macan tutul itu sendiri serta guide mengatakan bahwasanya di jalur ini juga beberapa kali terdapat beberapa perjumpaan dengan macan tutul. Oh iya pada akhirnya di jalur ini hanya mencapai 10 HM karena beberapa pertimbangan dan masih kurangnya pengetahauanku. Hal ini juga yang menjadi pembelajaranku buat ke depannya, dan pelajaran yang penting banget pastinya buat aku. Setelah mencapai 10 HM, aku sama sekali tidak menemukan perjumpaan apapun, kecewa, iya, aku sedikit kecewa, namun aku tahu bahwasanya pengamatan pagi ini belum fokus karena harus dibarengi dengan survei dan tagging jalur.

Aku kembali ke campsite dengan muka agak masam karena tidak menemukan perjumpaan satwa, hanya tapak babi, tapak kerbau, dan kotoran kerbau yang aku lihat. Kesal, iya aku kesal karena belum menemukan perjumpaan apapun pagi ini. Selanjutnya, terhitung dari hari ini selama 3 hari ke depan aku selalu melakukan pengamatan 3 kali dalam sehari. Pagi, sore, malam, iya, itu merupakan waktu dimana aku selalu melakukan pengamatan setiap harinya. Tanpa kenal menyerah, pengamatan selalu aku lakukan walaupun belum menemukan perjumpaan dengan satwa yang aku cari, yaitu karnivora. Alhasil karena belum menemukan karnivora hingga hari kedua, tepatnya pada tanggal 29 April 2023, rasa jenuh pun muncul ketika telah usai melakukan pengamatan sore hari. Bukan karena patah semangat untuk tetap melakukan pengamatan, melainkan terkadang diri butuh waktu untuk sendiri sekedar untuk menenangkan hati. Oleh karena rasa jenuh itu, aku memutuskan untuk menghibur diri di tepi pantai dan mengabadikan beberapa gambar dengan kawan bahwasanya aku dan kita pernah ada di sini.

Setelah selesai mengabadikan momen seru ini, satu per satu kawan mulai meninggalkan tepi pantai, sedangkan aku tetap bertahan dan duduk menikmati desiran ombak dan hembusan angin serta tenggelamnya matahari di ujung cakrawala. “Aku masih tak menyangka jika ternyata aku bisa melangkah sejauh ini, Tuhan, terimakasih telah memberikan aku kekuatan sebesar ini,” ucapku seraya menatap sendu garis pantai yang ada di kejauhan sana. Tak lama, langit mulai gelap, bintang mulai terlihat dengan keelokannya. Cantik, cantik sekali ciptaan sang pencipta, dan sebagai manusia rasanya tak pantas untuk menyombongkan diri bahkan sekecil apapun karena kita saja sekecil itu di hadapan yang maha kuasa. Waktu terus berjalan dan aku juga terkadang hanyut di dalamnya. Namun, aku harus tetap berjalan pula dengan rencanaku sendiri, bukan sekedar mengikuti arus waktu saja. Setelah menyendiri di tepi pantai, aku tetap melakukan pengamatanku di sisa-sisa waktu yang ada. Malam ini dan besok adalah sisa pengamatanku, mau tidak mau aku harus bisa semaksimal mungkin untuk melakukan pengamatan, berharap akan ada karnivora yang aku jumpai.

Hari ini, 30 April 2023, ternyata pengamatanku semalam tak kunjung juga menemukan kanivora, sedih, rasanya sedih, namun rasa semangat untuk tetap melakukan pengamatan tetap membara dalam nadiku. Hari ini aku tidak terlalu berharap apapun, aku hanya ingin berusaha semaksimal aku bisa. Pengamatan pagi, sore, dan pada akhirnya pengamatan malam aku lakukan di hari ini, iya, aku sama sekali tidak menemukan perjumpaan satwa karnivora.

Aku tidak menyesal sama sekali di posisi ini karena sudah melakukan yang terbaik aku bisa. Pada akhirnya hal ini menjadi pembelajaran yang berharga buat aku ke depannya. Besok aku sudah harus pulang kembali ke Bogor, rasanya menyenangkan bisa berkesempatan melakukan penelitian di sini, hal yang baru buat aku sendiri dan hal ini pula tidak akan berhenti di sini, aku akan terus tetap mengeksplor diri untuk ke depannya, dan perjalanan masih panjang untukku menjelajahi Indonesia.

1 Mei 2023, aku ucapkan terimakasih kepada Suaka Margasatwa Cikepuh yang sudah memberikan kesempatan untukku belajar di tempat ini. Hari ini aku harus pulang kembali ke Bogor, cerita di tempat ini akan selalu menjadi memori yang selalu diingat. Di tempat ini pula mengajarkan aku untuk memahami lebih dalam artinya bersyukur. Terimakasih, sekali lagi aku ucapkan, tertanda aku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *