Usaha Konservasi Eksitu Kukang

Kukang (Nycticebus coucang) adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus. Penyebarannya di Indonesia meliputi pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Kukang terkenal dengan kehidupan malam (nokturnal) dan aboreal (hidup diatas pohon). Untuk menghindari ancaman pemangsa ia mampu berkamuflase dengan warna pohon atau melingkarkan tubuhnya dan bergelayut diantara ranting pohon yang rimbun. Bergelayut pun terkadang mereka menggunakan ekor. Menyembunyikan muka merupakan perilaku tertentu pada kukang ketika gangguan datang.

Layaknya hewan-hewan nokturnal lainnya, pada siang hari kukang beristirahat atau tidur pada cabang-cabang pohon. Bahkan ada yang membenamkan diri ke dalam tumpukan serasah tetapi hal ini sangat jarang ditemui. Satu yang unik dari kebiasaan tidur kukang yaitu posisi dimana mereka akan menggulungkan badan, kepala diletakkan di antara kedua lutut/ekstrimitasnya. Ketika malam hari tiba, kukang mulai melakukan aktivitasnya. Mereka bergerak dengan menggunakan 4 anggota tubuhnya ke segala arah baik itu pergerakan vertikal ataupun horizontal (climbing).

Kukang tergolong satwa pemakan segala (omnivor). Seperti primata lainnya, pakan utama kukang adalah buah-buahan dan dedaunan. Di habitat aslinya, kukang juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal, dan mamalia kecil (Napier and Napier 1967). Tangan pada kukang berkembang baik. Mereka meraih makanan dengan salah satu tangan lalu memasukkannya ke dalam mulut. Berbeda halnya dengan minum, cara yang dilakukan pun cukup unik. Mereka tidak minum langsung dari sumbernya tetapi mereka membasahi tangannya dan menjilatinya.

IUCN (International Union for the Conservation of Nature dan Natural Resources) telah mengubah kategori kukang jawa dari Low Risk atau Kurang Terancam, menjadi Data Defiecient atau Kekurangan Data, dan kini menjadi Endangered atau Hampir Punah (IUCN 2007, Nekaris 2008). Status ini diperkuat oleh daftar yang dikeluarkan oleh CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Flora and Fauna) yang mengelompokkannya status kukang jawa dari Apendiks II menjadi Apendiks I.

Untuk meminimalisir bahaya kepunahannya, maka lembaga eksitu harus lebih memfokuskan terhadap manajemen kandangnya. Manajemen kandang  yang baik pada kukang harus disesuaikan dengan perilaku asli kukang di alam, baik dari segi pakannya maupun lingkungannya. Jika manajemen kandangnya tidak baik, dikhawatirkan hewan tersebut tidak akan welfare. Bentuk manajemen kandang yang baik itu seperti ukuran kandang yang memadai, lengkap dengan fasilitas yang dapat menunjang kehidupan kukang tersebut, seperti adanya ranting kayu yang berfungsi untuk memanjat, adanya serasah untuk membenamkan dirinya ketika kukang tersebut merasa terganggu.

 

Daftar Pustaka

Napier, J.R. and P.H. Napier. 1967. A Handbook of Living Primates. London:

Academic Press.

[Anonim] http://mepow.wordpress.com/2009/05/20/kukang-dan-kehidupannya-by-request/ [10 Desember 2009]

 

[Anonim] http://www.profauna.org/content/id/berita/2007/kukang_masuk_appendix_I_cites.html [10 Desember 2009]

7 pemikiran pada “Usaha Konservasi Eksitu Kukang

  1. ‘Kukang terkenal dengan kehidupan malam (nokturnal) dan aboreal (hidup diatas pohon). Untuk menghindari ancaman pemangsa ia mampu berkamuflase dengan warna pohon atau melingkarkan tubuhnya dan bergelayut diantara ranting pohon yang rimbun. Bergelayut pun terkadang mereka menggunakan ekor.’
    dear pak Wow, kalimat ke dua ttg kamuflase kami rasa kurang tepat, karena warna rambut kukang tdk berkamuflase karena sesuatu tetapi memang bawaan lahir. kata berkamuflase mengisyaratkan kamuflase seperti pada bunglon yg berubah warna tubuh mengikuti lingkungannya.
    mengenai kalimat ke tiga tidak benar: karena kukang tidak berekor. trims

  2. saya menemukan seekor kukang d dkt rmh.saya gk ngerti melihara.klo mau d serahkn ke konserfasi hewan!saya tdk tau berhubungan dgn sp.bantu saya untuk menyelamatkan kukang yg saya temukan.hub saya d.081388661099/02193372672

Tinggalkan Balasan ke izzu Batalkan balasan