Beautiful Plants For Your Interior


Sabtu, 10 Februari 2024, notifikasi dari salah satu puluhan grup WhatsApp muncul. Sebuah ajakan dari Mbak Noni, salah satu pengurus dari komunitas Burung Laut Indonesia (BLI) – Seabirds Indonesia. BLI merupakan komunitas pengamat burung yang bekerja secara sukarela sejak 2009 dalam kegiatan upaya menyelamatkan burung laut dan habitatnya di Indonesia.
Mbak Noni meminta saya dan beberapa teman (baca: Mirza dan Pandu) untuk menjadi relawan dalam pengambilan data sosial melalui wawancara di Pelabuhan Cituis, Pesisir Tangerang. Setelah menyesuaikan jadwal, kami sepakat untuk melakukan wawancara pada Rabu, 21 Februari 2024. Ini merupakan kali kedua saya menjadi relawan dalam pengambilan data sosial, setelah sebelumnya bersama Mirza dan Bagus di Tanjung Pakis.
Kami bertiga berangkat dari bogor sehari sebelumnya pada pukul 21.30 WIB menggunakan sepeda motor menuju Stasiun Bogor, kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik). Kami menginap di daerah Condet, Jakarta Timur, kediaman Willy, kawan Mirza semasa sekolah di Pemalang. Pilihan untuk menginap kami pilih supaya tidak terburu-buru menuju lokasi wawancara. Esoknya, Mbak Noni menjemput kami menggunakan mobil.
Entah, mungkin karena kelelahan. Janji yang telah disepakati untuk penjemputan pada pukul 05.00 WIB mundur sekitar 2 jam. Kami bertiga bangun kesiangan. Mbak Noni dan Kak Adam rupanya sudah mendatangi titik lokasi rumah Willy yang sebelumnya dikirim Mirza di grup WhatsApp. Puluhan panggilan tak terjawab muncul di notifikasi ponsel Mirza, kami ditunggu di dekat Kantor Kejaksaan Jakarta Timur. Air di rumah Willy kebetulan kering, kami bergegas menuju Kantor Kejaksaan Timur tanpa membilas tubuh menggunakan Gojek.

Perjalanan menuju Pelabuhan Cituis ditempuh sekitar 2 jam setengah. Segera kami membagi dua kelompok untuk berpencar mencari nelayan yang bersedia diwawancarai. Saya bersama Kak Adam dan Mirza bersama Pandu. Sedangkan Mbak Noni melakukan observasi di tempat pelelangan ikan.
Dibandingkan dengan pengambilan data sosial di Tanjung Pakis, jumlah nelayan di Pelabuhan Cituis jauh lebih banyak. Selain warga lokal, nelayan yang mencari hasil laut di sini rupanya berasal dari beberapa daerah lain seperti, Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Pemalang. Mereka merantau, kemudian menetap.

Data yang ingin kami dapatkan dari para nelayan terkait tangkapan sampingan hasil mereka melaut, daerah penangkapan ikan, jenis alat tangkap, jenis hasil tangkapan, spesies terkait ekologi (burung laut, penyu, hiu, dan mamalia laut) beserta tindakan tangkapan sampingan. Sehingga nantinya akan didapatkan informasi seberapa banyak spesies terkait ekologi tersebut, khususnya burung laut yang tidak sengaja tertangkap melalui jaring atau alat tangkap lainnya.
Pengetahuan nelayan mengenai penyu, hiu, dan mamalia laut lainnya sebagai jenis satwa liar yang dilindungi oleh negara diketahui dengan sangat baik. Meskipun kerap kali jenis-jenis satwa tersebut merugikan nelayan, seperti merusak jaring dan memutus tali senar pancing. Dengan penuh kesadaran penuh, ketika ada penyu dan mamalia laut yang tidak sengaja tertangkap, mereka akan melepaskannya kembali.
Berbeda dengan penyu, hiu, dan mamalia laut lainnya yang seringkali merusak alat tangkap nelayan. Keberadaan burung laut ketika nelayan sedang mencari ikan menjadi sebuah penanda hasil tangkapan yang melimpah ruah. Semakin banyak individu jenis burung laut yang terbang bergerombol di atas permukaan air laut berarti terdapat ikan di sekitarnya. Burung laut dapat menjadi indikator sederhana untuk menilai kualitas lingkungan laut. Sehingga kehadiran burung laut di suatu wilayah menunjukkan populasi ikan, plankton, dan makanan laut lainnya yang masih terjaga.


Beberapa jenis burung laut yang umumnya ditemukan nelayan, seperti cikalang besar, cikalang kecil, cikalang christmas, dara laut. Jenis cikalang christmas (Fregata andrewsi) merupakan jenis burung yang bermigrasi dari Pulau Christmas, Australia menuju bagian barat wilayah Indonesia. Cikalang christmas merupakan salah satu burung yang terancam rentan punah (Vulnerable). Salah satu penyebab penurunan populasi jenis burung ini adalah tingginya angka kematian akibat tangkapan sampingan di negara asalnya. Oleh sebab itu, studi sosial ini dilakukan untuk memastikan burung cikalang christmas aman ketika bermigrasi di kawasan Indonesia.
Uni Konservasi Fauna
– Selamatkan Fauna Indonesia –