DKE Goes to PPS Cikananga 2024

Uni Konservasi Fauna melakukan kunjungan ke Cikananga untuk belajar pengelolaan eksitu. UKF

Konservasi eksitu adalah salah satu jenis konservasi yang bertujuan untuk melestarikan dan melindungi flora dan fauna di luar habitat aslinya. Salah satu bentuk konservasi eksitu ialah pusat penyelamatan satwa, tahun ini Divisi Konservasi Eksitu UKF IPB berkesempatan untuk memperdalam kajian divisinya dengan mengunjungi Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga yang bertempat di desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi pada tanggal 12-13 Oktober 2024 dengan dihadiri oleh 8 peserta. Kegiatan ini meliputi pematerian tentang pengenalan PPSC dan animal welfare serta kegiatan visit kandang dan demonstrasi animal welfare ( assessment satwa).

Hari pertama kami mendapat materi pengenalan PPSC, disana kami dijelaskan mengenai program-program yang ada di PPSC antara lain; PPSC sebagai pusat penyelamatan satwa; pusat penangkaran; dan pertanian berkelanjutan. Program-program tersebut membuat kami mengerti bahwa di Cikananga tidak hanya melakukan rehabilitasi satwa untuk dilepasliarkan kembali namun terdapat juga program penangkaran satwa untuk pengembangbiakan satwa yang nantinya akan dilepas kembali ke habitat aslinya untuk menambah populasi satwa. Pertanian berkelanjutan adalah program yang tidak kami duga ada di Cikananga, program ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa. Program pertanian berkelanjutan ini juga mengajarkan masyarakat sekitar untuk melakukan pertanian secara organik. Satu hal yang membuat kami bertanya-tanya saat pematerian “Dari mana satwa  di PPSC berasal?”, ketika kami mendengarkan lebih lanjut akhirnya kami dapat menemukan jawabannya. Satwa-satwa yang berada di PPSC berasal dari satwa sitaan BKSDA, satwa yang berkonflik dengan manusia, satwa yang kehilangan tempat tinggal mereka, dan juga satwa peliharaan.

Kami mendapat materi dan pelatihan menggunakan midmap. Angelita/UKF

“Hal-hal kecil seperti menjadikan satwaliar sebagai hewan peliharaan dapat membuat rantai kepunahan satwa semakin terlihat jelas” Ucap Mbak Fifit kala itu. Hal ini berarti memelihara satwaliar sebagai vet, menjadikan mereka sebagai hiburan membuat lonjakan permintaan satwaliar semakin tinggi yang pada akhirnya aktivitas perburuan satwa semakin meningkat dan menyebabkan kepunahan satwa. Terkadang kita menganggap bahwa hiburan topeng monyet sangatlah lucu, namun apakah kalian pernah berpikir bahwasannya kalian telah merenggut hak-hak mereka sebagai makhluk yang bebas?. Ketika satwa masuk ke PPSC terdapat 2 tahapan yang harus dilakukan yaitu, pemeriksaan kesehatan umum dan karantina serta proses rehabilitasi. Setelah pematerian kami tidak sabar untuk melakukan visit kandang, kami benar-benar terpukau dengan apa yang kami lihat. Beberapa jenis hewan ada di sana contohnya rangkong, julang emas, elang, kakatua, orang utan, berang-berang, binturong, kukang, beruk, kasuari, buaya muara, babi kutil, dan banyak lagi.

Keesokan harinya kami memulai kegiatan assessment satwa, satwa yang kami skoring ada 4 yaitu kasuari, kakatua, beruk, dan kukang. Kegiatan assessment ini baru untuk kami dan selama kegiatan assessment berjalan kami agak kesulitan menentukan tingkat kesejahteraan satwa tersebut karena terkadang apa yang baik menurut kita tapi tidak baik untuk mereka. Meski lumayan sulit kami tetap senang menjalaninya, setelah itu kami lanjut diskusi bersama terkait assessment yang telah dilakukan. Banyak hal yang kami pelajari di sini, sangat sulit memahami mereka yang tidak berbicara tetapi mereka adalah anugerah yang diberikan Tuhan. Lantas mengapa kita masih berdiam diri dan bersembunyi di balik kotak apatisme?. Mereka membutuhkan kita karena kitalah penyebab utama mereka menghilang, maka dari itu hentikan perburuan liar, perdagangan satwa ilegal dan berhenti menjadikan satwa sebagai hewan peliharaan.

“Menyayang bukan berarti harus memegang, bukan mencinta bila tega mengurungnya. Lebih bijaksanalah kepada satwa kita, agar semua bisa hidup semestinya, agar semua bisa hidup bahagia.” -Lagu Bijaksana

Tinggalkan Balasan