EKSPEDISI GLOBAL 2022: Secercah Harapan Bagi Konservasi Fauna Barat Jawa

Tim Ekspedisi Global 2022. Foto: Albi/UKF

Tanggal 23 Juni – 13 Juli 2022, Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB melaksanakan kegiatan Ekspedisi Global 2022. Ekspedisi Global adalah kegiatan tahunan dari UKF yang dilaksanakan sebagai puncak dari pendidikan bagi anggota baru. Ekspedisi Global tahun 2022 mengusung tema “Eksplorasi Keberadaan Satwa Langka dan Studi Sosial Kesejahteraan Masyarakat Legon Pakis di Taman Nasional Ujung Kulon”. Dipilihnya Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sebagai lokasi pengamatan karena TNUK merupakan habitat bagi sebagian hewan-hewan langka seperti badak jawa (Rhinoceros sondaicus), kukang jawa (Nycticebus javanicus), trenggiling jawa (Manis javanica), dan macan tutul jawa (Panthera pardus melas). Objek kajian fauna yang diamati meliputi mamalia, burung, insekta, reptil amfibi, perairan, dan eksitu.

Pengamatan satwa dilakukan di tiga tempat yaitu resort Karang Ranjang, Cibunar, dan Cidaon. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh 39 peserta, didapatkan tanda-tanda keberadaan satwa langka, seperti badak jawa dan macan yang ditandai dengan jejak yang ditemukan selama pengamatan. Selain satwa-satwa yang terancam punah, ditemukan juga satwa-satwa dalam status terancam dan rentan seperti owa jawa (Hylobates moloch), banteng (Bos javanicus), merak (Pavo muticus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), dan binturong (Arctictis binturong). Terkhusus bagi badak jawa, selain diamati melalui jejak, dilakukan juga analisis kubangan yang terdapat di tiap lokasi pengamatan. Analisis kubangan ini dilakukan oleh tim pengamatan bagian Divisi Konservasi Eksitu. Tujuan dari analisis kubangan adalah untuk mengetahui karakteristik kubangan badak jawa, meliputi pH, kelembapan tanah, dan intensitas cahaya.

Tim Divisi Konservasi Eksitu sedang meneliti kubangan badak. Foto: Daniel/UKF

Tidak hanya berfokus pada fauna, dalam kegiatan Ekspedisi Global tahun ini juga dilakukan studi sosial mengenai pengaruh pariwisata terhadap kesejahteraan penduduk sekitar TNUK. Kegiatan studi sosial dilaksanakan selama dua hari di Desa Legon Pakis. Hasil studi sosial menunjukkan secara garis besar pariwisata di TNUK memberikan dampak positif terhadap warga sekitar berupa pembukaan lapangan kerja baru. Dengan banyaknya dampak positif yang diberikan bukan berarti pariwisata TNUK tidak menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah penutupan akses berupa pembangunan pagar yang membatasi interaksi warga dan satwa di TNUK. Namun, beberapa dari mereka juga memahami betul bahwa pelestarian tetap harus dijalankan, konservasi tetap harus dilakukan.

“Efek dari berkembangnya pariwisata TNUK, ya, itu… pembuatan pagar di Karang Ranjang. Kita jadi susah kalau mau ke hutan. Tapi, ya… kalau itu untuk hewan supaya tidak masuk pemukiman warga tidak apa-apa. Toh, selama ini kami tidak sepenuhnya bergantung pada hutan, kami masih bisa serabutan, saja. Seperti bertani dan menjadi kuli,” sebut Salaya salah satu warga di Desa Legon Pakis.

Sebagai puncak dari pendidikan, bukan berarti dengan usainya Ekspedisi Global maka kegiatan konservasi pun ikut selesai. Kesadaran akan pentingnya konservasi perlu ditanamkan dalam setiap diri manusia, khususnya generasi muda yang menjadi harapan penerus bangsa. Hal ini dilakukan bukan semata-mata tanpa alasan, tetapi segala bentuk kehidupan perlu berjalan dengan semestinya, harmonisasi antar makhluk hidup diperlukan sebagai penunjang tonggak kehidupan. Harapannya dengan adanya kegiatan tahunan Ekspedisi Global ini, monitoring satwa dapat terus dilakukan sebagai bagian dari konservasi fauna-fauna Indonesia, khususnya wilayah barat Pulau Jawa.

Tinggalkan Balasan