Beautiful Plants For Your Interior

Kegiatan Eksplorasi Kolaboratif merupakan program kerja Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB sebagai bentuk pengukuhan identitas UKF yang merupakan unit kegiatan mahasiswa berbasis penelitian. Dalam perkembangannya, kegiatan ini tidak hanya diinisiasi oleh UKF. Pengikutertaan berbagai pihak menjadi langkah baru dalam menghimpun kekuatan intelektual dan cara pandang dalam usaha konservasi satwaliar. Hingga tahun ke-9 eksistensi UKF tercatat telah banyak kegiatan UKF yang berkolaborasi dengan pihak luar, seperti pemerintah, LSM dan korporasi. Pada tanggal 24-30 Juli 2011 telah diadakan kegiatan eksplorasi kolaboratif di Kawasan Resort Salak Satu Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Inisiator utama kegiatan ini adalah UKF dan Suaka Elang. Suaka Elang adalah lembaga konsorsium yang terjalin antara pemerintah, LSM, dan korporasi. Hingga saat ini, pihak-pihak yang tergabung menjadi anggota kemitraan Suaka Elang adalah sebagai berikut:
Pemerintah:
1. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak
2. BB Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
3. BB Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat
4. Pusat Penelitian Pengembangan Kehutanan & Konservasi Alam, Dephut
5. LIPI
LSM:
1. RAIN (Raptor Indonesia)
2. PILI-Green Network
3. Yayasan Cikananga (PPS Cikananga)
4. IAR Indonesia
5. Raptor Conservation Society – RCS
6. mataELANG
Perusahaan swasta:
• Chevron Geothermal Salak
Pengembangan Suaka Elang di kawasan ini sebagai bentuk realisasi program kemitraan berbagai lembaga pemerintah dan LSM serta korporasi, disamping mendorong Permenhut No.P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam tanggal 19 Oktober 2004 dan SK Menhut No. 390/KPTS-II/2003 serta Nota Kesepahaman Kemitraan Suaka Elang tahun 2007. Selain adanya beberapa pihak yang secara resmi yang berkontibusi, pembukaan kesempatan volunteer telah mengikutsertakan pula lima mahasiswa asal Universitas Sriwijaya (UNSRI), Sumatera Selatan. Jelas terlihat kegiatan ini melibatkan banyak pihak baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam prosesnya, kegiatan ini telah berhasil menghimpun data potensi satwa yang selanjutnya ditujukan sebagai bahan untuk membantu pihak taman nasional dalam menginterpretasi kawasan. Kawasan Resort Salak Satu Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terletak pada bagian tenggara Gunung Salak. Kawasan ini memiliki topografi yang cukup berat sebagai ciri dari relief Gunung Salak. Kawasan ini terletak pada daerah aliran sungai (DAS) yang berhulu di air terjun Cibadak (1.3 km dari gerbang). Kawasan tersebut diapit oleh dua punggungan bukit yang terjal. Kemiringan lereng yang dibentuk oleh kedua bukit rata-rata lebih dari 40%. Sebagai salah satu faktor fisik habitat, topografi dapat menjadi barier penyebaran satwa terrestrial sehingga memungkinkan terjadi proses isolasi dan dominansi pada suatu jenis satwa. Kendatipun demikian belum ada laporan yang menunjukan adanya perbedaan jenis satwa pada bagian sisi bukit yang lain.
Kawasan Resort Salak Satu TNGHS
Setiap pagi menjelang siang di kawasan ini dapat dijumpai beberapa jenis elang. Kawasan ini memang ditujukan sebagai salah satu kawasan peruntukan home range beberapa elang yang masih tersisa di Taman Nasional Gungung Halimun Salak (TNGHS) selain yang masih ada di bagian Gunung Halimun. Selain elang yang terbang bebas ada pula beberapa elang yang sedang menjalani proses rehabilitasi sebelum dilepas. Terdapat pula kandang display yang sengaja diperuntukan untuk pengunjung yang ingin melihat langsung elang dari jarak dekat. Selain elang, beragam burung lain pun banyak pula yang telah dijumpai.
Satwa-satwa terrestrial memiliki karakter habitat yang unik. Sebagian besar satwa tersebut seperti ukuran habitat yang relatif sempit dan sangat tergantung dengan keadaan biofisik habitat seperti, vegetasi, edafis, suhu dan kelembaban udara. Karakter habitat tersebut dijadikan dasar dalam kegiatan inventarisasi. Metode sampling yang digunakan tentunya disesuaikan pula dengan heterogenitas habitat. Setidaknya terdapat lebih dari 5 plot yang telah digunakan yang terdiri dari: jalur curug, jalur kandang display, sawah, sungai, dan Hutan Tanaman Sengon. Plot-plot sampling tersebut selanjutnya dibagi ke dalam sub sampling sesuai dengan objek pencarian satwa. Beberapa satwa yanga sempat dijumpai langsung diantaranya: babi hutan.
Sebagian kawasan ini adalah ex-Perhutani dengan tanaman yang diusahakan berupa pinus (Pinus merkusii). Selain itu, pada HM 6 hingga HM 9 tercatat adanya beberapa tanaman domestik seperti kopi dan nangka yang diindikasi merupakan bentuk tumpang sari. Beberapa contoh satwa arboreal yang telah dijumpai diantaranya: surili, lutung dan beberapa kelompok monyet ekor panjang. Secara keseluruhan, tercatat terdapat 43 jenis burung, 6 mamalia, 18 jenis amfibia, dan 13 jenis reptilia, yang berhasil dijumpai. Hasil tersebut merupakan bentuk nyata kolaborasi kerja keras dan semangat para peserta. Kegiatan ini ditutup dengan foto bersama di depan Kantor Resort Salak Satu. Diharapkan kegiatan serupa dapat menjaring lebih banyak lagi peserta baik dari anggota UKF maupun pihak luar. (Iskandar/DKRA6/144)