Jalur Pantura dan Burung di Udara
Ada Apa di Pantai Utara?
Apa yang orang pikirkan ketika mendengar kata “Pantura”? Pantai Utara? Jalur penghubung provinsi? Panas? Polusi? Tentu jawaban setiap orang berbeda-beda, setiap orang memiliki pengalamannya sendiri saat bertilik ke suatu tempat. Begitupula dengan saya, Kevin, dan Akbar. Kami memiliki pengalaman yang berbeda-beda saat menginjakkan kaki di Pantura.
22 Oktober 2022, saya berangkat dari Bogor ke Pemalang menggunakan bus. Seharusnya saya berangkat pada tanggal 21 Oktober 2022 tetapi saya tertinggal bus dimana saya hanya terlambat beberapa menit saja. Tujuan saya pergi ke Pemalang adalah hanya untuk pulang ke kampung halaman meskipun hanya dua hari serta untuk mengambil sumberdaya untuk bertahan di perantauan.
Sesampainya di Pemalang, saya merencanakan untuk bertemu dengan Akbar UKF angkatan 18 dan Kevin UKF angkatan 19. Mereka sedang mengikuti lomba di Petungkriyono, Pekalongan dimana tidak begitu jauh dari kampung halaman saya. Akhirnya, pada hari Minggu 29 Oktober 2022 saya menjemput mereka di Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur. Saat bertemu, kedua sahabat saya itupun langsung meminta air putih dengan alasan mereka belum minum air putih selama hampir tiga hari. Setelah itu, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Pemalang dan istirahat sebentar di rumah saya. Hujan yang sangat deras kala itu membuat kami mengurungkan niat untuk jalan-jalan di kabupaten kecil ini.
Namun, pada sore hari hujan telah reda dan kami pun bergegas menuju salah satu pantai utara yang berada di Kabupaten Pemalang yakni Pantai Widuri. Kami melakukan pengamatan burung air disana dengan ditemani oleh mendoan dan kopi. Mendoan yang hangat kami nikmati bersamaan dengan burung kuntul yang berlalu lalang di atas kepala kita. Kopi yang awalnya panas menjadi sedingin sikap dia terhadapku, meminum kopi tuk menemani keindahan sunset di pantai utara serta berbincang mengenai burung dengan Akbar dan Kevin sebagai penggemar dan pemerhati burung merupakan pengalaman yang sangat membekas bagi saya. Tiga Homo sapiens yang memiliki background yang berbeda berkumpul dan berbincang mengenai burung. Saya yang biasanya ke Pantai Widuri hanya untuk menikmati mendoan dan berbincang dengan kawan, namun saat merasakan pengalaman yang berbeda ini saya menjadi sadar akan hal-hal kecil yang ada di sekitar saya terutama kampung halamanku. Saya yang awalnya tidak mengetahui mengenai burung-burung yang ada di Pantai Widuri sekarang saya sadar keberadaan mereka serta betapa eloknya mereka.
Mataharipun terbenam dan warung-warung mulai tutup. Pantai Widuri sepi untuk sesaat menyambut datangnya kemegahan bulan. Kami pulang dan istirahat sesaat untuk mempersiapkan energi karena kami akan berkuliner ria di Kabupaten Pemalang. Namun, rencana ini hampir gagal karena Kevin ketiduran dan sangat susah untuk bangun. Kami pun berangkat pada pukul 21.00 WIB untuk mencoba kuliner pertama yakni Nasi Grombyang khas Kabupaten pemalang. Akan tetapi, kedua manusia ini tidak cocok dengan daging kerbau. Bahkan, Akbar yang merupakan karnivora sejati tidak menyukai daging kerbau. Ini membuat saya merasa gagal menjadi pemandu wisata di Pemalang.
Hutan Bakau yang Memukau
Hutan bakau merupakan ekosistem yang dipengaruhi oleh aktivitas pasang surut air laut dimana didominasi oleh pohon bakau. Tentunya habitat seperti ini memiliki beranekaragam satwa di dalamnya salah satunya adalah burung air. Kami melanjutkan perjalanan di wilayah pantura pada tanggal 24 Oktober 2022.
Kami menginjakan kaki di destinasi wisata hutan mangrove di Kota Pekalongan yakni Mangrove Park Pemalang. Sesampainya di lokasi, ternyata jalan menuju hutan mangrove tersebut sedang dalam perbaikan sehingga kami harus parkir agak jauh dari hutan mangrove. Saat kami sampai di gerbang Mangrove Park Pekalongan kami langsung menyusuri wilayah tersebut dan bertemu dengan berbagai jenis burung.
Kami memutuskan untuk berdiam di salah satu pendopo untuk mengamati berbagai jenis burung dari jarak jauh. Di siang yang sangat terik itu, kami melihat banyak jenis burung di seberang pendopo dan disana pula tempat yang lebih memungkinkan untuk bertemu dengan berbagai jenis burung. Kami memutuskan untuk menyeberang ke daerah tersebut melalui jalur pemancingan di luar kawasan Mangrove Park Pekalongan.
Medan beton, semak belukar, serta becekan kita arungi demi mencari tempat yang nyaman untuk pengamatan burung. Kami pun memutuskan untuk pengamatan di area dekat dengan bibir pantai, disitulah kami bertemu berbagai jenis burung. Bagi Kevin dan Akbar yang sudah lama tidak ke pantai, melihat burung-burung di hutan bakau sangat menyenangkan apalagi mereka bisa empat bungkus mie instan dan kopi. Semangkuk bersama, segelas bersama, sungguh nikmat dengan angin yang sejuk dari laut. Setibanya awan mendung dan rintik hujan di tempat kami, kami memutuskan untuk pulang.
Saat perjalanan pulang, kami mengambil jalur melalui Pekalongan bagian selatan kemudian ke Pemalang bagian selatan sehingga memakan banyak waktu namun perjalanan yang ditempuh tidak berasa lama karena pemandangan yang begitu indah. Sesampainya di rumah saya, kami mempersiapkan diri untuk berangkat kembali ke Bogor dan menceritakan pengalaman ini kepada kawan-kawan kita nanti. Saat di Terminal Induk Pemalang, kami makan di warteg dan berjanji bahwa 10 tahun yang akan datang kita akan bertemu lagi di warteg ini, dengan tanggal yang sama, dengan jam yang sama, dengan lauk yang sama.
Daftar Temuan Jenis Burung
Burung-burung di Pantai Widuri | ||
No | Nama Ilmiah | Nama Jenis |
1. | Egretta garzetta | Kuntul kecil |
2. | Collocalia linchi | Walet linchi |
3. | Todiramphus chloris | Cekakak sungai |
4. | Hirundo tahitica | Layang-layang batu |
5. | Ardea sp. | Cangak sp. |
Burung-burung di Mangrove Park | ||
No | Nama Ilmiah | Nama Jenis |
1. | Butorides striata | Kokokan laut |
2. | Egretta garzetta | Kuntul kecil |
3. | Ardeola speciosa | Blekok sawah |
4. | Charadrius leschenaultii | Cerek pasir besar |
5. | Actitis hypoleucos | Trinil pantai |
6. | Todiramphus sanctus | Cekakak australia |
7. | Hirundo tahitica | Layang-layang batu |
8. | Pycnonotus aurigaster | Cucak kutilang |
9. | Pycnonotus goiavier | Merbah cerukcuk |
10. | Gerygone sulphurea | Remetuk laut |
11. | Rhipidura javanica | Kipasan belang |
12. | Passer montanus | Burung-gereja erasia |
13. | Sterna sp. | Dara-laut sp. |
14. | Alcedo sp. | Raja-udang sp. |
15. | Collocalia linchi | Walet linci |
Penulis: Haidar Mirza L
By UKF IPB
Uni Konservasi Fauna (UKF) merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bergerak dibidang lingkungan khususnya konservasi fauna. UKF IPB sudah berkontribusi dalam kegiatan konservasi Indonesia sejak 2003.
See all posts by UKF IPB