Kenapa Butuh Reptil dan Amfibi ?

Makhluk hidup diciptakan untuk saling berhubungan, baik itu hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) maupun merugikan (simbiosis parasitisme).  Setiap makhluk hidup pasti memiliki manfaat bagi makhluk hidup lain dan llingkungannya. Rantai makanan merupakan salah satu contoh hubungan antar makhluk hidup. Satwa merupakan bagian yang penting dalam rantai makanan tersebut karena satwa dapat menjadi penghubung antar semua makhluk hidup berdasarkan sumber makanannya (herbivora, karnivora, dan omnivora).

Tidak sedikit satwa yang kehidupannya kurang diperhatikan oleh manusia, misalnya saja herpetofuna (reptil dan amfibi). Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya pengetahuan dan informasi mengenai satwa ini . Dalam rantai makanan, herpetofauna merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja karena satwa ini dapat menempati konsumen tingkat I,II, ataupun III. Artinya bahwa, jika dalam suatu rantai makanan kehilangan atau kelebihan konsumen maka akan  terjadi ketidakseimbangan ekosistem.

Herpetofauna merupakan satwa yang cukup familiar di kehidupan manusia terkait dengan manfaat maupun kerugian dari satwa ini. Reptil misalnya, memiliki banyak manfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai komoditi industri. Siapa yang tak kenal dengan tas dan sepatu dari kulit buaya atau kulit ular? Siapa pula yang tak kenal dengan tokek yang dikabarkan dapat menjadi obat berbagai penyakit yang sulit disembuhkan seperti AIDS/HIV? Bahkan penyu telah populer menjadi sesajen dalam upacara adat di Bali dan telurnya pun di ambil untuk dimakan.

Amfibi pun tak kalah popular setelah diperkenalkan makanan yang bernama “katak shuikei” dari Jepang. Beberapa masyarakat di Indonesia, seperti di Kalimantan, mengkonsumsi jenis katak dan kodok tetapi hanya sebagai sumber protein alternatif. Selain sebagai sumber protein, katak juga digunakan sebagai umpan untuk memancing ikan (jenis katak kecil seperti Rana erythrea, Rana chalconota). Meskipun masyarakat Indonesia jarang memanfaatkan katak dan kodok, namun Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor paha beku katak (Limnonectes macrodon dan Limnonectes leporinus) terbesar di dunia yang diperoleh dari Pulau Jawa. selain itu, Indonesia juga mengekspor kulit kodok (Bufo asper dan Pseudobufo subasper) yang menjadi sumber devisa cukup besar (Kirono& Santoso, 2008).

Bila dilihat dari pola makannya, amfibi merupakan konsumen tingkat I dalam rantai makanan. Dengan demikian satwa tersebut juga dapat dijadikan sebagai pengendali perkembangbiakan serangga yang berpotensial sebagai hama perkebunan (Kirono& Santoso, 2008). Reptil (ular) dalam rantai makanan menjadi konsumen tingkat II yang dapat menjadi pemangsa amfibi, sehingga dapat menjadi pengendali populasi amfibi yang berpotensial menjadi hama di persawahan.

Bagi sebagian manusia mungkin manfaat herpetofauna bagi hanya sebatas kepentingan ekonomi saja tanpa memikirkan dampak bagi makhluk hidup lain maupun lingkungan. Pemikiran inilah yang harus diperbaiki agar kehidupan herpetofauna ini dapat terus dilestarikan. Untuk itu, marilah awali langkah ini dengan memperhatikan mempedulikan semua makhluk yang ada disekitar kita.

 

By : Ayu Sylvita Amanda DKRA 6

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *