Konservasi untuk Semua

Sebanyak enam organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang pelestarian alam berkumpul untuk mengamati burung liar di Kampus IPB Dramaga. Foto: Kevin/UKF

Sampai kalimat pertama ditulis, saya masih memikirkan kiranya judul apa yang tepat untuk menggambarkan kegiatan yang akan saya ceritakan. Tiba-tiba saya teringat sebuah slogan “Konservasi untuk Semua”. Slogan tersebut merupakan bagian dari kampanye acara perlombaan Petungkriyono Bird Race tahun 2022 lalu di Pekalongan, Jawa Tengah. Sebuah pesan yang disuarakan pada acara perlombaan pengamatan burung ini memberikan sinyal bagaimana kegiatan konservasi merupakan bagian dari tanggung jawab setiap manusia, agar spesies kita tetap hidup lebih lama di muka bumi. Alasan yang dipercaya dapat menjadi ideologi, bahwa urusan hutan termasuk satwa liar di dalamnya bukanlah milik orang-orang di bidang kehutanan, biologi, ataupun bidang lingkungan lainnya. Konservasi adalah pekerjaan bersama.

Mengutip dari sebuah website pencarian artificial intelligence, ChatGPT, konservasi adalah upaya perlindungan, pemulihan, dan pengelolaan berkelanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Definisi yang padat sekali, namun rapuh pada penerapannya. Tujuan dari konservasi adalah untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan ekosistem serta melindungi flora, fauna, dan ekosistem dari kerusakan atau kepunahan. Bahkan chatbot tersebut menambahkan, konservasi melibatkan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh individu, masyarakat, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah untuk memelihara keanekaragaman hayati, mengurangi polusi, mengelola penggunaan air, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana.

Sayangnya, masih ada beberapa kelompok orang yang percaya bahwa konservasi merupakan bidang pekerjaan yang eksklusif, maksudnya hanya kompeten dikerjakan oleh kalangan tertentu. Saya ingin menembus batas dan sekat pembatas tersebut. Sebagai mahasiswa Kehutanan, saya percaya sekali jika menyelesaikan permasalahan di sektor ini memerlukan porsi setiap orang untuk berupaya sesuai kemampuannya dari hal-hal kecil. Tidak harus menjadi akademisi, peneliti, atau bahkan harus duduk di jajaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengambil peran. Orang biasa, yang bukan apa-apa, yang bukan siapa-siapa, dapat mengambil peran sekecil apapun.

Saya sangat beruntung tergabung dalam sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bernama Uni Konservasi Fauna (UKF IPB). Sebab bentuk keorganisasian UKM tingkat kampus tersebut, UKF mampu mewadahi seluruh fakultas dan departemen yang ada di IPB untuk belajar mengenai upaya pelestarian alam (satwa liar), bahkan tak hanya untuk kalangan sarjana strata 1. Iklim multidisplin keilmuan yang ada di UKF menambah kaidah cara pandang saya mengenal upaya konservasi fauna, merancang kegiatan, dan pendekatan-pendekatan dalam menyuarakan ide serta gagasan. Salah satu yang menarik, UKF memiliki sekretariat yang sangat menunjang untuk saya dan teman-teman menghabiskan waktu luang.

Hampir setiap usainya kelas perkuliahan, saya dan beberapa teman-teman kelas yang bukan merupakan anggota UKF biasanya duduk santai (baca: nongkrong) di salah satu spot yang ada di halaman sekretariat, kami menamainya bangku biru. Sebetulnya sekretariat ini juga menjadi sekretariat UKM lainnya seperti, UKM Badminton, UKM Pramuka, UKM Mapala LAWALATA, dan UKM lainnya. Kami menyebutnya area Sekretariat Redcorner, dulunya area ini merupakan kantin. Seperti anak muda pada umumnya sewaktu nongkrong, kami membicarakan banyak hal. Sampai pada akhirnya, tercetus kegiatan apa yang bisa kita lakukan bersama-sama?

Meskipun satu jurusan, tetapi kami tergabung ke dalam organisasi mahasiswa yang berbeda. Sebagian besar memang tergabung di UKM UKF, Mapala UKM LAWALATA, Himpro HIMAKOVA (Dept. KSHE Fakultas Kehutanan dan Lingkungan), dan Mapala Fakultas Kehutanan RIMPALA. Minggu, 11 Juni 2023. Obrolan ngalor-ngidul pada sore itu semakin melebar, munculah ide membuat kegiatan pengamatan burung di areal kampus bersama organisasi-organisasi yang ada di IPB yang bergerak di bidang pelestarian alam. Alasannya sederhana, mengamati burung merupakan kegiatan yang tak perlu perencanaan yang rumit, kecuali jika memang ditujukkan untuk penelitian lapangan. Kebetulan teman-teman dari LAWALATA dan RIMPALA akan melakukan ekspedisi riset alam liar mengenai burung. LAWALATA akan melakukan penelitian burung di Pulau Bacan, Maluku Utara dan RIMPALA juga akan melaksanakan penelitian mengenai burung air di Demak, Jawa Tengah. Momen yang tepat, memperkuat kalau ditanya mengapa kegiatannya mengamati burung?

Sebagai upaya memperluas jejaring pertemanan, kami juga mengajak teman-teman dari Himpro SATLI Cluster Wild Ornith (Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis) dan Subdivisi Himbio OWA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) untuk ikut. Tanpa banyak pertimbangan, saya berinisiasi membuat WhatsApp grup. Tidak semua tergabung dalam grup, paling tidak koordinator dari masing-masing organisasi mahasiswa saja, saya pikir supaya tidak merepotkan harus mengundang banyak orang yang belum tentu juga bisa ikut. Skeptis saya lagi-lagi muncul. Lagipula siapa juga yang mau mengikuti kegiatan seperti ini, mengamati burung pukul 06.00 WIB pagi, lalu mencatatnya, dan melaporkannya. Membosakan, mungkin barangkali juga membuang waktu.

Setelah membuat grup, menjelaskan maksud dan tujuan, dan berdiskusi mengenai waktu pelaksanaan. Kami sepakat akan mengamati burung bersama pada pukul 06.00 WIB dihari Sabtu, 17 Juni 2023 dengan titik kumpul di Gedung Dept. Biokimia FMIPA. Kami juga sepakat untuk membuka kegiatan ini dapat diikuti oleh khalayak umum. Poster ajakan untuk mengajak masyarakat kampus pun dibuat, lalu segera di share di media sosial keesokan harinya. Respon positif berdatangan, rupanya banyak yang tertarik untuk mengikuti kegiatan yang saya sendiri cukup pesimis. Apakah akan berujung hanya 4-6 orang yang datang? Tetapi rupanya ini wadah bagi mereka yang ingin belajar dan mengenal lebih dalam tentang burung.

Jumat, 16 Juni 2023. Beberapa koordinator yang ada di grup sepakat bertemu untuk melakukan briefing pada malam hari. Teman-teman dari RIMPALA, HIMAKOVA, dan SATLI Cluster Wild Onith  absen dalam pertemuan malam itu. Memang rasanya sulit sekali menyocokkan waktu dengan beberapa organisasi besar di kampus dengan timeline kegiatan mereka di dalamnya. Tetapi tak apa, bahasan briefing nantinya akan disampaikan melalui notulensi via grup WhatsApp. Hasil briefing menghasilkan rangkaian kegiatan dan pembagian jalur pengamatan yang terbagi menjadi tiga jalur pengamatan. Setelah itu, notulensi pun dikirim ke grup dan diteruskan oleh perwakilan koordinator ke grup oraganisasinya masing-masing.

Sabtu, 17 Juni 2023. Pukul 06.05 WIB saya berangkat dari kontrakan dijemput oleh Saddam, ia merupakan teman sekelas saya sekaligus perwakilan dari HIMAKOVA. Setibanya di titik kumpul, ternyata sudah ada beberapa orang yang datang terlebih dahulu. Saya cukup tidak enak hati, karena terlambat 10 menit dari waktu perjanjian kita berkumpul. Namun seperti biasanya, rencana jalan sesuai jalur yang dicanangkan pukul 06.30 WIB harus mengulur waktu, karena menunggu teman-teman yang belum datang. Skema awal pembagian jalur dibagi dari 6 organisasi yang ada menjadi 2 organisasi pada masing-masing jalur. Ternyata komposisi jumlah orang masing-masing organisasi berbeda terpaut jauh, bahkan perwakilan dari SATLI Cluster Wild Onith hanya terdiri atas seorang perempuan.

Akhirnya pembagian jalur dipilih secara acak dengan cara berhitung. Kami semua mulai berjalan sekitar pukul 07.05 WIB. Rute jalur pertama yaitu, Gedung Dept. Biokimia, Poliklinik IPB, SMA Kornita, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Perpustakaan LSI,  Fakultas Ekologi Manusia, Graha Widya Wisuda, dan putar balik kembali ke titik awal. Rute jalur kedua, yaitu Gedung Dept. Biokimia, Gor Lama, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis, dan Lab. Kandang Fakultas Peternakan, Danau Sdgs, dan putar balik kembali ke titik awal. Sedangkan jalur yang ketiga, yaitu Gedung Dept. Biokimia, Fakultas Kedokteran, Lap. Soka, Komplek Perumdos, Kandang Rusa, Taman Hutan Kampus, lalu putar balik lagi ke titik awal.

Setelah pengamatan kurang lebih dua jam, kami berkumpul kembali di Gedung Dept. Biologi, terpaksa harus bergeser beberapa meter karena rupanya Gedung Dept. Biokima sedang ada perbaikan. Kegiatan berikutnya ialah ramah tamah dan perkenalan, kemudian dilanjut sharing hasil temuan pengamatan. Beberapa ada juga yang menceritakan pengalaman menarik di jalurnya masing-masing. Sharing mengenai organisasi masing-masing tak luput dari agenda pertemuan ini. Paling tidak kita saling berbagai mengenai program kerja yang mungkin entah kapan suatu saat dapat dilakukan secara kolaborasi. Terakhir, kegiatan ditutup dengan foto bersama dengan membentangkan bendera dan slayer identitas kebanggaan masing-masing kelompok.

Saya sangat berharap, kegiatan kecil ini suatu saat nanti jika dilakukan secara bersama-sama akan turut andil dalam upaya pelestarian alam. Pertama mungkin burung, kemudian yang lainnya. Entah apa dan bagaimana caranya, paling tidak ini awalan yang baik sebagai pijakan memikirkan langkah berikutnya yang belum tergambar jelas. (HAH/APD)

Uni Konservasi Fauna

– Selamatkan Fauna Indonesia –

Tinggalkan Balasan