Mencari Kunci Identifikasi Primata di Schmutzer

Minggu pagi, 13 februari 2011 peserta pengamatan primata di Schmutzer berkumpul di BNI depan kampus IPB darmaga. Ada 13 orang peserta dari anggota UKF sendiri, delapan orang berangkat dari kampus menggunakan angkutan umum Kampus Dalam yang sewa seharian. Beberapa orang lagi menyusul dari rumah masing-masing dengan ketentuan semua bertemu sebelum masuk ke pusat primata Schmutzer. Jam 06.45 semua peserta telah berkumpul, dilakukanlah pengecekkan mulai dari kesehatan, konsumsi sampai perlengkapan pengamatan kemudian dilanjutkan dengan perjalan menuju ragunan.

Perjalanan ini kira-kira akan memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Di sepanjang perjalanan diisi dengan bincang-bincang para peserta pengamatan. Para peserta berbincang sembari membagi oleh-oleh yang dibawa dari daerah masing-masing. Suasana liburan semester masih kelihatan, soalnya kegiatan pengamatan ini dilaksanakan pada akhir liburan semester tepatnya sehari sebelum kegiatan perkuliahan dimulai. Ada peserta yang tertarik dengan bagi-bagi oleh-oleh ini dan ada juga yang tidak berminat untuk ikut campur ,memilih tidur sepanjang perjalanan.

Dua jam perjalanan telah di lewati, rombongan sampai di pintu timur Taman Marga satwa Ragunan. Mobil angkutan lansung bertolak keparkiran setelah dilakukan administrasi. Semua peserta turun di parkiran, kembali dilakukan pengecekan kesehatan para peserta yang dilanjutkan dengan pembagian konsumsi untuk bekal makan siang. Pengecekan pun selesai, rombongan masuk gerbang pintu timur Taman Marga Satwa Ragunan. Ada 2 administrasi yang akan dilewati sebelum sampai memasuki Pusat Primata Schmutzer, pertama di pintu gerbang timur dan yang kedua di pintu masuk pusat primata sendiri.

Pusat primata ini didanai pendiriannya oleh Yayasan Gibbon foundation dan diamanahkan pendiriannya kepada Taman Marga satwa Ragunan. Namanya di ambil dari seorang wanita yang bernama ibu Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh. Ibu ini adalah pecinta hewan, pelukis dan dermawan. Ia menghibahkan semua hartanya ke gibbon foundation semata untuk memfasilitasi pusat primata di ragunan ini

Semua rombongan telah berkumpul di depan Schmutzer, baik peserta yang dari kampus maupun peserta yang menyusul. Saat di pelataran Schmutzer suasana mulai berbeda, terasa bagaikan menghirup atmosfir dunia primata indonesia, dimana-mana ada kandang-kandang primata yang telah di desain cukup memenuhi prasyarat hidup primata. Semua primata di Schmutzer ini adalah primata yang tidak dapat lagi dilepas liarkan lagi karena insting keliaran mereka sudah berkurang dan mungkin telah terjadi kelainan pada primata sehabis diambil dari masyarakat maupun pusat penyelamatan satwa, ditakutkan lagi jika mereka dilepas liarkan mereka tidak bisa survive. Jadi primata shmutzer bukan sengaja diambil untuk komersial semata.

Rombongan berkumpul di depan tangga Schmutzer, disini dilakukan briefing sebelum diadakan pengamatan. Dalam briefing dijelaskan tujuan diadakan pengamatan primata. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam mengidentifikasi primata dari segi data, ciri-ciri seperti : warna; morfologi;  juga tingkah laku; tipe pergerakan; dll. Peserta di wajibkan membawa buku lapang yang digunakan untuk mencatat data, membuat sketsa kemudian mendeskripsikan sketsa yang mereka buat. Ada 5 jenis primata yang harus benar-benar diperhatikan oleh peserta , yaitu primata yang sering di temui saat dilapang diantaranya Hylobates moloch (owa jawa), Presbytis comata (surili), Trachyphitecus auratus (lutung budeng), Macaca fascicularis (monyet ekor panjang), dan Nycticebus Coucang (kukang). Jadi diharapkan saat dilapang peserta tanpa ada keraguan lagi dalam mengidentifikasi primata yang diamati.

Brifieng selesai , pengamatan dimulai. Peserta yang berjumlah 13 orang dibagi menjadi 2 kelompok, setiap kelompok di lengkapi 1 juru dokumentasi. Ada dua jalur akan dilewati oleh peserta yaitu jalur kiri dan jalur kanan. Kedua jalur ini akan bertemu satu sama lain. Pengamatan akan selesai setelah semua primata dideskripsikan dan dicatat data-datanya.

Schmutzer hampir memiliki semua jenis primata di Indonesia dan ada beberapa primata luar Indonesia. Manajemen yang terapkan kepada satwa sudah cukup bagus, baik dari kesehatan sampai pakan satwa, dan juga primatanya juga sudah di kelompokkan berdasarkan kelas, seperti ada kandang-kandang presbytis, hylobatidae , macacaque, dan primata luar Indonsia. Malah ada untuk kera besar dari indonesia—orang utan (Pongo pygmeus dan Pongo Abelli) , dibuat kandang yang luas ya didalamnya didesain sesuai dengan habitatnya. Kandang orang utan ini disebut enklosur .Jadi dengan adanya pengelompokan seperti ini memudahkan untuk mencari kunci identifikasi dalam satu kelas satwa. Contohnya dalam kelas Hylobatidae ada beberapa jenis yang hidup di Indonesia, mulai dari Hylobates klossii (siamang kerdil), Hylobates moloch (owa jawa), Hylobates agilis (ungko), Symphalangus syndactylus (siamang), Hylobates Muelleri (kelawat). Antara owa jawa, ungko, wau-wau, kelawat mudah di identifikasi lewat warna mereka sudah seperti gayus dengan wig-nya tetapi cukup sulit di identifikasi menurut ukuran tubuh karena ukuran tubuh mereka hampir sama. Owa jawa berwarna abu-abu, ungko hitam, wau-wau coklat terang sedangkan kelawat coklat gelap. Dikandang macacaque dan presbytis juga demikian.

Primata yang berasal dari luar Indonesia kandangnya juga terpisah, di antaranya ada Pan troglodytes (Simpanse), Gorilla gorilla (gorilla), Macaca Fuscata (monyet jepang) ,dan yang baru datang Cebus capucinus (capuchin), lemur coklat dan lemur cincin. Perlakuan yang di berikan juga berbeda, perlakuan yang dimaksud adalah lingkungan yang di berikan kepada mereka hendaknya hampir sama seperti dimana mereka berasal.

Semua primata ini memiliki perbedaan masing-masing, untuk membedakannya bisa di lihat dari morfologi, atau juga dengan pergerakan. Tipe pergerakan kelas hylobatidae adalah branciation (berayun dari dahan-kedahan dengan tumpuan kekuatan lengan). Tidak perlu herankan owa jawa dapat menggantung lama dengan menggunakan satu lengan. Kemudian kelas presbytis bertipe leaping(berjalan dengan 4 kaki (quadropedal) dan melompat). Selanjutnya gorilla tipe pergeraknya knockling(berjalan dengan tumpuan tangan), yang lebih unik lagi adalah orang utan, hampir semua tipe pergerakan dapat di lakukan, dengan tingkat kecerdasan yang lebih dari primata lain urang utan lebih cepat berkembang rasa ingin tahunya. Itu adalah salah satu cara mengidentifikasi primata yang berbeda kelas.

Schmutzer juga menyediakan wahana pendidikan primata pendukung papan pengetahuan yang ada di sepanjang jalur pengamatan. Di wahana pendidikan itu terdapat keterangan-keterangan mengenai primata Indonesia maupun primata dunia , bahkan sesekali ada pemutaran film mengenai primata. Schmutzer juga menyediakan jalur atas yang melewati kandang gorrilla. Dari atas kita bisa melihat dengan jelas gorilla yang sedang berkegiatan . pengunjung juga bisa melihat pemberian makan gorrilla di waktu-waktu tertentu.

Sekitar 4 jam berkeliling di Schumutzer pengamatan pun selesai, semua peserta bergabung menjadi satu rombongan lagi. Briefing penutupan pengamatan pun di mulai. Dari sepanjang perjalanan pengamatan hari ini diharapkan peserta sudah bisa mengambil kunci-kunci untuk mengidentifikasi primata bukan sebatas itu saja peserta harus bisa menularkan ilmu-ilmu yang didapat hari kepada teman-teman yang tidak bisa ikutan. Briefing selesai rombongan berkumpul dan berfoto-foto sebelum bertolak menuju mushola untuk istirahat sholat dan makan…

Jam setengah 2 siang rombongan selesai Ishoma kemudian lansung bergerak menuju parkiran pintu timur Ragunan. Peristiwa yang sangat langka terjadi , rombongan bisa melakukan perjumpaan lansung dengan karnivora terbesar Indonesia, yaitu Panthera tigris sumatrae (harimau sumatra) yang masih kecil. Semua telah berkumpul di parkiran satu persatu peserta naik ke dalam angkot dan bertolak menuju kampus tercinta IPB. Perjalanan pulang semakin tidak terasa karena semua peserta tidur. Sehabis ashar angkot telah sampai di kampus sekali lagi dilakukan pengecekan kesehatan setelah itu semua peserta balik ke kosan masing-masing dengan membawa sebagian kecil pengetahuan hari ini .

sekian repotase ini dibuat, terlalu sempit untuk dituliskan apa yang telah kita dapatkan dalam perjalanan ini, terima kasih

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *