Beautiful Plants For Your Interior


Rencana penelitian saya tentang elang flores (Nisaetus floris), yang kemudian berakhir menjadi elang jawa (Nisaetus bartelsi) mengenalkan saya pada sosok peneliti burung elang, Usep Suparman. Sebagai peneliti atau mungkin lebih cocok disebut praktisi, Kang Usep, memulai perjalanannya mengamati elang jawa sekitar tahun 1995. Kemudian pada tahun 2000, ia bersama rekan-rekannya mendirikan Raptor Conservation Society (RCS), sebuah oganisasi non-profit di luar pemerintahan yang bekerja bersama kelompok masyarakat untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati benilai penting, khususnya burung pemangsa (elang, elang alap, dan alap-alap) dan habitatnya.
Pertemuan saya dengan Kang Usep awalnya bertujuan untuk mengumpulkan infomasi dan akses yang dapat menunjang penelitian tugas akhir saya tentang burung elang flores. Setelah itu munculah ide untuk membuat kegiatan pengamatan burung pemangsa di Kawasan Puncak Bogor-Cianjur. Kami sepakat kegiatan pengamatan tersebut dilaksanakan pada akhir pekan tanggal 12-13 Oktober 2024 di Gantole Paralayang dan Bukit 300. Bisa dikatakan kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Raptor Conservation Society (RCS) dan Uni Konservasi Fauna (UKF).

Kegiatan yang diberi nama “Raptor Migration Watch Festival 2024” ini turut mengundang beberapa elemen organisasi mahasiswa tingkat IPB dan Jabodetabek, serta Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) sebagai lembaga pemerintahan di Bawah Balai Besar KSDA Jawa Barat. Lokasi pengamatan pada hari pertama dilakukan di Gantole Paralayang dimulai dari pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB. Kami mencatat sebanyak 456 individu dari lima jenis burung pemangsa yang terdiri dari tiga jenis migran (migratory), yaitu elang alap china (Accipiter soloensis) (424 indivudu), elang alap jepang (Accipiter gularis) (3 individu), dan sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus) (16 individu) serta dua jenis penetap (resident), yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis) (2 individu) dan elang ular bido (Spilonis cheela) (1 individu).


Pengamatan pada hari kedua dilakukan di Bukit 300, lokasi ini tidak jauh dari lokasi pengamatan pada hari pertama, bahkan masih dalam pandangan ke arah yang sama, perbedaanya hanya pada level ketinggiannya. Kami memulai perjalanan sedikit lebih siang, sehingga pengamatan baru dimulai sekitar pukul 08.45 WIB. Berbeda dengan hari sebelumnya, alih-alih mendapatkan lebih banyak catatan burung yang melintas dengan asumsi pandangan yang jauh lebih luas dan lebih tinggi, sampai dengan pukul 10.00 WIB kami baru mencatat 9 individu elang alap china (Accipiter soloensis) yang melintas.

Kami berasumsi bahwa pengaruh angin menjadi faktor burung-burung yang bermigrasi belum banyak terbang melintasi Kawasan Puncak Bogor-Cianjur. Namun sekitar pukul 13.30 WIB kami mendapat kabar dari salah seorang kawan yang berada di Kampus IPB Darmaga, bahwa hujan disertai badai angin merobohkan pohon beringin (Ficus sp.) yang berada di depan Sekretariat UKF sampai menimpa beberapa sepeda motor. Kemudian kami menduga kondisi cuaca yang buruk inilah menyebabkan burung-burung yang seharusnya melintas menjadi terhalang.

Sampai sekitar pukul 14.00 WIB kabut turun disertai rintik air yang menandakan hujan akan turun. Kami memutuskan untuk turun dan mengakhiri pengamatan. Pada hari kedua ini total temuan yang berhasil dicatat sebanyak 85 individu yang terdiri dari elang alap china (Accipiter soloensis) (84 individu) dan sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus) (1 individu). Perolehan catatan pada hari kedua menambah total jumlah temuan menjadi 541 individu dalam rentang waktu dua hari pengamatan.
Uni Konservasi Fauna
– Selamatkan Fauna Indonesia –