Mengawali Ramadan: Bagaimana Mengamati Burung menjadi Penyambung Silaturahmi dan Medium Nostalgia?

Dari kiri ke kanan: Den Bagus, Mas Wahab, Cak Her, Mas Rhama, Aku, Kaka Mauritz, dan Mas Alex di depan Sekretariat UKF 2.0. Foto: Irma Herawati/UKF

Seiring bertambahnya usia, mungkin sebagian besar dari kita sepakat bahwa bertemu dan berkumpul bersama orang-orang dengan satu spesies yang sama (baca: memiliki ketertarikan yang sama) memberikan nilai khusus dalam menambah kualitas hidup. Dan barangkali hal yang sama akan kita rasakan ketika menyambut dan menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadan.

Satu hari sebelum hari pertama puasa. Sabtu, 2 April 2022 sebuah direct message dari Instagram masuk. Rupanya pesan ajakan dari Cak Her yang merupakan anggota kekeluargaan UKF untuk mengamati burung di Kampus IPB Dramaga. Ajakan ini merupakan respon beliau, karena beberapa hari sebelumnya aku meminta jika ingin melakukan pengamatan burung di sekitar Jabodetabek, aku berminat ikut. Kami sepakat untuk bertemu pukul 06.00 WIB esok hari di Sekretariat UKF 2.0.

Selepas sahur, aku harus mengakui dosa pertamaku pada Ramadan kali ini dengan meninggalkan sholat subuh, aku memilih tidur. Alarm berdering, angka di layar ponsel menunjukkan pukul 06.07 WIB. Segera aku mempersiapkan alat pengamatan dan berangkat dari kontrakan menuju sekretariat. Syukurlah, aku tiba di sekretariat dengan kondisi tak ada motor terpakir. Artinya aku tidak terlambat dan datang lebih dulu.

Tak perlu menunggu lama, beberapa anggota kekeluargaan UKF lainnya datang, Den Bagus UKF angkatan 5 dan Kak Irma UKF angkatan 10 datang lebih awal. Berikutnya disusul oleh Cak Her UKF angkatan 2, Mas Alex UKF angkatan 2, Mas Rhama UKF angkatan 2, Mas Wahab UKF angkatan 11, dan Kaka Mauritz. Kaka Mauritz merupakan rekan mereka yang berasal dari Papua dan tertarik untuk mendokumentasikan foto burung cekakak jawa (Halcyon cyanoventris).

Jalan menuju Asrama Putra, waktu berganti mengingatkan cerita. Foto: Irma Herawati/UKF

Kami sepakat untuk menyusuri areal belakang kampus IPB dengan titik mulai perjalanan dari sekretariat dan berakhir di Danau Perpustakaan LSI. Selama mengamati burung di kampus, baru kali ini aku melihat sesuatu yang menarik selain temuan jenis burung yang telah lama tidak tercatat. Melihat dan merasakan romantisasi persahabatan sekelompok orang yang terjalin belasan tahun lamanya. Canda gurau, lontaran memori semasa mereka berada di asrama ketika menuntut ilmu di kampus.

Notifikasi pesan masuk dari Whatsapp tak kusadari. Kak Imam, Ketua Umum UKF tahun ini secara mengejutkan datang menyusul. Ternyata ia mengirim pesan, namun tanpa balasan yang ia terima dariku. Ia sendirian, datang dengan menunjukkan kamera dan lensa barunya yang cukup panjang. Tentu saja kondisi seperti ini seringkali membuatku iri hati, bagaimana tidak? di antara kakak-kakak yang membawa kamera layaknya bazooka gun, hanya aku dan Kak Irma yang membawa binocular.

Salah satu lokasi yang masih terjaga dengan baik di Kampus IPB Dramaga. Foto: Irma Herawati/UKF
Penangkaran rusa timor (Rusa timorensis) di Kampus IPB Dramaga. Foto: Irma Herawati/UKF

Perjalanan pengamatan kami ditutup dengan mengunjungi Danau Perpustakan LSI. Sementara yang lain sibuk memotret burung raja udang meninting (Alcedo meninting), Kak Irma menceritakan bagaimana Danau Pepustakaan LSI sewaktu dulu, ketika ia berkuliah menjadi tempat yang mudah untuk mengamati beragam jenis burung air. Ia menambahkan, pembangunan yang masif terjadi pada zaman itu dan hingga kini menyebabkan burung-burung air sulit ditemui dan bahkan menghilang.

Danau Perpustakaan LSI habitat bagi burung-burung air di Kampus IPB Dramaga. Foto: Haris Akbar/UKF

Momen menarik lainnya adalah temuan daftar jenis burung yang saat ini cukup sulit dijumpai di Kampus IPB Dramaga, yaitu burung bambangan kuning (Ixobrychus sinensis) dan pelatuk besi (Dinopium javanense). Bahkan dua jenis burung tersebut tidak masuk dalam temuan daftar jenis burung Mustari (2020) dalam bukunya yang berjudul Biodiversitas Kampus IPB University: Mamalia, Burung, Amfibi, Reptil, Kupu-kupu, dan Tumbuhan. Setidaknya 30 jenis burung tercatat selama pengamatan yang dilakukan selama kurang lebih 4 jam. 

Daftar Pustaka

Mustari AH. 2020. Biodiversitas Kampus IPB University: Mamalia, Burung, Amfibi, Reptil, Kupu-kupu, dan Tumbuhan. Bogor: IPB Press.

Uni Konservasi Fauna

– Selamatkan Fauna Indonesia –

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *