MONKAM 2024: Konsisten Memonitoring Biodiversitas Kampus IPB
Penulis : Chelsea Chairunnissa
Kegiatan monitoring kampus yang diikuti oleh pengamat burung dari Jabodetabek. Foto: Akbar/UKF
Apa yang terlintas di pikiran ketika mendengar kata “Kampus Biodiversitas?”. Pasti yang terlintas adalah kampus yang kaya akan keanekaragaman hayatinya dengan flora dan fauna yang sangat beragam dan indah, tetapi apakah benar kampus biodiversitas ini memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah seperti apa yang ada di benak pikiran kita?
Uni Konservasi Fauna IPB University memiliki salah satu program kerja jangka panjang yakni monitoring berbagai jenis satwa liar yang terdapat di dalam kampus IPB dramaga (Kampus Biodiversitas), kegiatan ini dinamai “Monitoring Kampus”, Monitoring kampus di IPB Dramaga telah dilaksanakan Uni Konservasi Fauna (UKF) sejak tahun 2003 yang kurang lebih sudah 2 dekade.
Monitoring kampus ini meliputi taksa aves (burung), herpetofauna (reptil dan amfibi), insekta (kupu-kupu, belalang, capung), mamalia (karnivora, primata, herbivora). Monitoring kampus ini dilakukan di seluruh titik kampus dengan menggunakan grid yang telah ditentukan berdasarkan grid Kampus IPB Dramaga.
Peta monitoring kampus oleh Uni Konservasi Fauna. Foto: Indy/UKF
UKF biasanya melakukan kegiatan monitoring kampus ini pada Pagi hari jam 06.00-08.00 WIB untuk Aves dan Mamalia, jam 08.00-10.00 untuk Insekta dan pada malam hari jam 20.00-22.00 Untuk Herpetofauna dan Mamalia. Selama tahun 2024, UKF mencatat sebanyak 48 spesies pada taksa aves (Burung), 348 spesies pada taksa insekta, 10 spesies pada taksa mamalia dan 53 spesies pada taksa herpetofauna, untuk data tumbuhan dan fauna perairan tahun ini Uni Konservasi Fauna (UKF) masih belum cukup data untuk dipublikasi. Hal ini menunjukkan bahwa satwa liar di dalam kampus IPB University dramaga masih beragam.
Proses identifikasi taksa herpetofauna setelah kegiatan pengamatan. Foto: Daniel/UKF.
Dibalik Satwa liar yang masih beragam tersebut, terdapat beberapa permasalahan di kampus IPB Dramaga yang tidak pernah usai diantaranya adalah Pembangunan. Pembangunan Di kampus IPB Dramaga mengganggu habitat satwa liar yang terdapat di dalam kampus biodiversitas ini. Bahkan beberapa satwa liar sudah mulai tidak terlihat lagi sejak banyaknya pembangunan yang terjadi. Masalah kedua yaitu konflik antara satwa liar dengan Manusia. Hal ini disebabkan kurangnya edukasi mengenai satwa liar terhadap civitas kampus maupun non civitas kampus. Satwa yang sering terkena dampak konflik ini adalah ular. Masyarakat yang tidak mendapat edukasi tentang pentingnya ular di lingkungan kerap kali membunuh ular jika menemuinya, tidak jarang juga dibakar karena dianggap menyeramkan, menjijikkan dan mengganggu. Masalah ketiga adalah perburuan liar, Akses masuk ke dalam kampus IPB Dramaga termasuk mudah dan tidak ketat, sehingga oknum-oknum pemburu yang tidak bertanggung jawab dapat memasuki kampus IPB Dramaga ini dengan mudah lalu memburu satwa-satwa yang terdapat di dalam kampus.
Katak dan ular yang tertabrak di jalan karena terganggunya habitat. Foto: Chelsea/UKF.
Jadi, bagaimana cara mengatasi beberapa permasalahan kampus IPB Dramaga ini?
Tentunya kita bisa mulai dari diri sendiri terlebih dahulu dengan melakukan langkah-langkah kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan tidak mengganggu satwa liar ketika bertemu satwa liar (tidak melempar, menyoraki dan melukai). Selain itu dapat melakukan kolaborasi dengan organisasi tentang lingkungan atau peduli satwa untuk memberikan edukasi dan pemahaman terkait satwa liar kepada masyarakat umum. Untuk dampak yang lebih besar dapat menghubungi pihak kampus IPB Dramaga terkait pengelolaan pembangunan berkelanjutan yang berpotensi menghancurkan dan mengganggu habitat/rumah satwa liar serta memberikan rekomendasi terkait alternatif pembangunan yang ramah flora dan fauna.