Pelatihan bird banding di IPB, Darmaga

Jam masih menunjukkan pukul 05.00 dini hari, suasana di sekitar shelter UKF masih sangat sunyi dan yang terdengar hanya cericau suara burung dan deru mesin angkot yang sesekali lewat. Pagi di hari Selasa 15 Februari 2011 merupakan pagi yang sedikit berbeda bagi saya, nanang dan mujib, tidak seperti biasanya kami telah bangun dan bersiap-siap untuk beraktifitas. Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebulan yang lalu hari ini kami akan melakukan kegiatan pelatihan bird banding di kampus IPB Darmaga. Kali ini kami melakukan kegiatan bird banding di sekitar daerah Cikabayan, tepatnya di kebun percobaan Biofarmaka, LPPM IPB.

Kebun percobaan Biofarmaka, LPPM IPB terletak di ujung sebelah Barat kampus IPB. Lokasi tersebut cukup jauh dari hingar-bingar kegiatan perkuliahan, sehingga cukup representatif bagi kegiatan pelatihan. Untuk mencapai lokasi pelatihan dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat. Secara umum, kondisi vegetai di lokasi pelatihan cukup baik dan representatif dengan dominasi utama padang rumput. Beberpa teman yang telah melakukan kegiatan pengamatan mengatakan bahwa dilokasi tersebut kita bisa menjumpai burung Bondol, Perenjak, Cinenen, Cipoh, Cabai, Bubut, Kepudang, Tekukur, Gemak, Blekok Sawah dan beberapa burung lainnya.

Sesampainya di lokasi pengamtan kami langsung membagi peralatan dan menetukan lokasi pemasangan jarring perangkap burung. Sesuai dengan hasil diskusi sebelumnya kami terbagi menjadi 4 kelompok kecil yang beranggotakan 2 orang di masing-masing kelompok. Kelompok Eukaliptus 1 beranggotakan Nanang dan mbak Noni, Eukaliptus 2 beranggotakan Mastika dan Adit, Jambu 1 beranggotakan Cepi dan Bu Yeni dan Jambu 2 beranggotakan saya dan Mujib. Setelah semua peralatan terbagi kami langsung menuju lokasi yang telah ditentukan, pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu kunci dalam kegiatan ini. Proses pemasangan jaring membutuhkan waktu yang cukup lama, saya dan Mujib membutuhkan waktu kurang lebih satu jam sampai jaring terpasang dengan sempurna. Karena sudah lama tidak melakukan bird banding keterampilan kami dalam memasang jaring agak menurun. Kami sedikit merasa kaku dan gugup ketika mulai memasang jaring pada awalnya, kondisi ini membuat kami melakukan beberapa kesalahan teknis dalam memasang jaring. Beberapa kesalahan dalam memasang jaring dipaparkan secara gamblang oleh mbak Noni ketika evaluasi.

Sebelum jaring perangkap dari kelompok Jambu 2 terpasang dengan sempurna terlihat dua ekor burung Cabai jawa (Dicaeum trochileum)  jantan tersangkut pada jaring. Namun beberapa saat kemudian salah satu burung tersebut berhasil melepaskan diri dan terbang menjauh. Selang beberapa waktu kemudian terlihat seekor burung Bentet loreng (Lanius triginus) tersangkut pada kantong pertama dari jaring kelompok Jambu 2. Burung ini cukup galak sehingga sangat menyulitkan bagi kami saat mengambilnya dari jaring, paruhnya yang tajam cukup menyakitkan. Seperti tak mau kalah dari tim Jambu 2, jaring perangkap yang dipasang oleh kelompok Jambu 1 berhasil menjerat Walet (Colocalia esculanta) dan Cinenen pisang (Orthotomus sutorius ). Namun sangat disayangkan hanya Cinenen pisang yang berhasil dicincin karena burung Walet berhasil kabur ketika proses pencincinan akan dilakukan. Burung lain yang berhasil dicincin adalah Delimukan zamrud (Chalcophaps indica) yang terjerat pada jaring kelompok Eukaliptus 1 dan Bubut alang-alang (Centropus bengalensis) yang terjerat jaring kelompok Jambu 2.

Hambatan terbesar pada kegiatan bird banding yang telah dilakukan adalah keberadaan kerbau dan pemburu burung. Keberadaan kerbau dalam areal bird banding dapat mengganggu burung yang menjadi sasaran dan membahayakan jaring yang dipasang. Jaring yang dipasang oleh kelompok Jambu 1 terpaksa harus digulung lebih awal, karena diterobos oleh beberapa ekor kerbau. Jaring yang diterobos mengalami kerusakan yang cukup parah , kantong pertama dan kedua putus dan berlubang. Berdasarkan informasi dari pegawai kebun percobaan Biofarmaka , di sekitar lokasi tersebut sering dijumpai beberapa orang pemburu burung yang memasang jaring. Keberadaan pemburu disekitar areal pemasangan jaring bird banding membuat kami khawatir,  disamping kegiatannya menangkap burung kami juga mengkhawatirkan munculnya persepsi yang lain di benak pemburu. Kalau mahasiswa saja boleh menangkap burung di sekitar kampus kenapa mereka dilarang, sehingga kami berusaha untuk menghindari lokasi yang sering digunakan oleh para pemburu  dalam memasang jaring.

Kegiatan pelatihan bird banding yang diadakan di atas merupakan bagian dari proses pembentukan komunitas bird banding Bogor. Kegiatan pelatihan akan kembali diadakan di Suaka Elang dan Gunung Walat. Komunitas bird banding Bogor diharapkan mampu menjadi sebuah wadah dalam berkegiatan dan sharing  mengenai burung. Mari menulis dan berbagi  informasi demi kelestarian alam kita, sekian dan terimakasih (Surahmat).

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *