Rencana Pemindahan Ibu Kota Nusantara : Bagaimana Nasib Satwa Liar di Habitatnya?
Rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur merupakan sebuah awalan dari terbentuknya Ibu Kota Nusantara (IKN). Pembangunan Ibukota Nusantara bertujuan untuk menjadikan kota di dalam hutan (forest city). Pembangunan IKN tentu saja menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan, baik aktivis lingkungan maupun influencer. Kegiatan Soft Launch: Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Ibukota Nusantara pada hari Selasa, 26 Maret 2024 merupakan wujud komitmen pada konservasi keanekaragaman hayati nasional dan global, serta pembangunan IKN sebagai kota hutan berkelanjutan. Acara ini dihadiri oleh berbagai lembaga pemerintahan, kedutaan besar, organisasi mahasiswa dan komunitas, serta influencer yang aktif menyuarakan isu lingkungan.
Sewaktu pemaparan rencana induk pengelolaan kehati di IKN berlangsung, Ibu Myrna Asnawati Safitri selaku Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam menceritakan tantangan dari pembangunan IKN, yakni luas hutan alam yang semakin sedikit. Jika hutan alam semakin sedikit, lantas bagaimana dengan habitat dari berbagai satwa liar? Berdasarkan pemaparan beliau, tantangan tersebut dapat diatasi dengan menghadirkan solusi konservasi eksitu (di luar habitat) dan insitu (di dalam habitat). Langkah lain yang dilakukan, yaitu menyambungkan lokasi satwa yang terpotong atau terfragmentasi dengan cara membuat koridor satwa. Tentunya dalam hal tersebut juga membutuhkan dukungan dari berbagai kalangan masyarakat, pemerintah, dan aktivis lingkungan maupun para pakar.
Prioritas dalam pembangunan IKN merupakan penanaman pohon yang dilakukan sebagai upaya pemulihan biodiversitas. Kegiatan soft launch juga memaparkan 7 program fokus IKN, antara lain data sains teknologi, restorasi dan rehabilitasi ekosistem, mendukung konservasi biodiversitas baik insitu maupun eksitu, pemanfaatan berkelanjutan, penguatan kelembagaan (capacity building), serta melakukan upaya mitigasi.
Selain itu, dalam pembangunan IKN, program lain yang diharapkan dapat berjalan, yakni citizen science. Program tersebut diharapkan dapat menjadi program yang inklusif bagi tiap lapisan masyarakat, sehingga dapat terlibat dalam kegiatan research atau penelitian di IKN. Selanjutnya, program citizen forester atau komunitas rimbawan. Pembangunan IKN sebagai Ibukota baru di Indonesia tentunya membutuhkan peran dari setiap lapisan masyarakat untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan tersebut.
Salah satu delegasi Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB mengatakan bahwa, “acara hari ini sungguh menarik karena sebagai generasi muda dan tentunya pegiat konservasi, kami dapat mengetahui bagaimana kondisi terkini dari calon ibu kota negara Indonesia, yakni Ibu Kota Nusantara dari segi keberadaan flora dan fauna di daerah tersebut”, ucap Anindya.
Virdhan, selalu ketua umum UKF IPB mengatakan bahwa, “di tengah gejolak politik Indonesia, acara ini memberikan banyak penjelasan tentang IKN terutama dalam aspek ekologi. Namun, sebagai pegiat konservasi, kita tetap harus waspada dan teguh dalam mengawal penyelenggaraan IKN ini, sehingga aspek keberlanjutan lingkungan dan perlindungan habitat alamiah tetap menjadi fokus utama dan terjaga dengan baik.”
Semoga seluruh angan perencanaan IKN dapat terwujud sesuai harapan dan terealisasikan dengan sebagaimana mestinya. Tentunya juga dengan harapan nantinya masyarakat dapat hidup berbagi ruang dengan satwa liar sebagai penghuni asli di wilayah tersebut.
–Uni Konservasi Fauna-
–Selamatkan Fauna Indonesia-