Semut gila kuning: salah satu spesies paling invasif di dunia

Bukan cuma primata yang identik dengan kelompoknya, serangga juga identik dengan ikatan sosialnya yang sangat erat. Kita menyebutnya dengan “eusocial”, dimana suatu koloni serangga memiliki ikatan darah yang erat dengan suatu sistem kasta. Dalam kelompok eusocial, terdapat individu yang fertil dan infertil, setiap kasta memiliki perannya masing masing dan mereka bergerak seperti satu individu organisme. Kita menyebutnya dengan super organism. Serangga yang umum diketahui eusocial adalah rayap, tawon, lebah dan semut. Nah, yang akan kita bahas sekarang adalah salah satu jenis semut yakni semut gila kuning. Inilah seluk-beluk semut gila kuning atau YCA!

YCA (yellow crazy ants) atau semut gila kuning (Anoplolepis gracilipes) merupakan salah satu jenis semut dari subfamili Formicinae. Pekerja bersifat monomorphic dengan bentuk yang mirip dengan semut rang-rang, berwarna kuning. Ukuran pekerja sekitar 5mm, ukuran ratu sekitar 1 cm. Semut ini tidak menyengat, namun dapat menyemprotkan asam formika. Semut ini berasosiasi dengan jenis lain, seperti beberapa jenis myrmecophiles dan aphids.

Semut gila kuning merawat kutu putih untuk mendapatkan madu. Foto: Alex Wild

Semut ini dapat bersarang di dalam tanah atau di bawah objek-objek yang berada di atas tanah seperti batu dan kayu lapuk, bahkan di bawah serasah. Mereka juga bersarang di atas pohon kelapa. Umur setiap individu pekerja sekitar 3 bulan. Semut ini omnivora, mereka memakan nektar, honeydew, bahan organik sisa, buah, biji-bijian serta hewan-hewan kecil. Semakin besar sumber gula yang terdapat di dekat sarang, semakin besar pula ukuran koloni dan berpotensi menyebabkan agresi yang besar. Semut ini mencari makan atau foraging di siang dan malam hari. Semut ini mencari makan di atas tanah dan bahkan hingga vegetasi yang ditinggali oleh aphids.

Satu koloni semut ini terdiri atas banyak ratu dengan sistem sarang yang terpusat pada satu titik saja. Kawin satu sarang sudah biasa terjadi dan penyebaran koloni terjadi melalui budding dimana perintisan koloni melalui cara ini dapat membentuk satu superkoloni. Koloni dapat dirintis melalui kawin saat musim kawin, namun lebih jarang. Dalam satu area penuh dengan superkoloni, kepadatan suatu superkoloni dapat mencapai 2250 individu per m2 atau 2-5 juta individu per hektar. Toleransi antar koloni cukup tinggi sehingga dapat menekan populasi semut lokal.

Semut ini tersebar luas di seluruh benua kecuali benua antartika. Dengan hipotesis terbaru sebagai spesies asli Asia Tenggara. Artinya, semut ini merupakan spesies invasif yang memiliki distribusi yang sangat luas atau cosmopolitan species. Semut ini masuk ke dalam daftar 100 spesies invasif terparah di dunia. Semut dapat tersebar hingga keluar dari native range nya karena intervensi dari manusia.

Peta persebaran semut gila kuning. Foto: Antweb

Tentu saja kesuksesan ekologis semut ini memberikan dampak yang negatif pula. Efek yang terasa dari jenis ini adalah efeknya terhadap biodiversitas dan hidupanliar. Terdapat review mengenai list spesies yang terdampak oleh semut invasif ini. Sebagian besar spesies yang terdampak populasinya berkurang secara signifikan. Kelompok hewan yang terdampak antara lain laba-laba, burung, krustasea, insekta, mamalia, moluska, herpetofauna bahkan hingga tumbuhan.

Salah satu masalah mengenai semut ini yang paling terkenal adalah invasi di Taman Nasional Christmas Island, Australia. Semut ini menjadi spesies invasif yang merugikan di sana. YCA memangsa salah satu satwa endemik di Pulau Natal ini, yakni kepiting merah. Semut-semut ini menyerang kepiting yang lewat teritorinya saat bermigrasi dengan menyemprotkan asam formika hingga melumpuhkan dan mematikan mereka. Penurunan angka populasi kepiting ini mengkhawatirkan, sampai pihak TN disana harus langsung turun tangan mengendalikan populasi semut ini secara intensif dengan racun dan agen parasit biologis yang menyerang sumber makanan semut ini.

Bayi kepiting merah yang diserang oleh semut gila kuning. Foto: CINP

Apa yang terjadi? Semut ini menyerang kepiting yang sedang lewat dengan menyemprotkan asam formika, yang membuat kepiting ini menjadi buta dan dehidrasi hingga mati. Jumlah semut yang banyak ini berkorelasi positif dengan populasi kutu daun/aphid yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Mereka juga mengambil alih lubang-lubang sarang kepiting merah. Dengan menurunnya populasi red crab yang ternyata memakan salah satu spesies invasif lain yaitu african giant snail, maka populasi Achatina fulica ini meningkat. Siput ini merupakan inang dari sejenis cacing parasit yang dapat menyerang manusia. Dengan meningkatnya populasi siput invasif ini, meningkat pula ancaman bagi manusia. Sebesar itu ya dampak semut kecil yang kita remehkan ini?

Tentu saja ini hanya satu dari jutaan jenis serangga lain yang selama ini mungkin dianggap remeh karena ukurannya yang kecil, namun memiliki dampak yang signifikan bagi keberlangsungan hidup manusia dan keanekaragaman hayati. Contoh lain seperti semut singapore yang menyebabkan kebakaran, semut yang menjadi host species salah satu jenis kupu-kupu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *