Tiger and Medicine???

Harimau merupakan spesies endemik di 13 negara, antara lain Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand dan Vietnam. Menurut WWF, selama tiga pulih tahun terakhir populasi harimau di dunia berkurang 70%. Penyebabnya adalah degradasi habitat dan perburuan. Perburuan harimau bertujuan untuk mendapatkan bagian tubuh harimau yang dipercaya dapat menghasilkan khasiat menyembuhkan penyakit. Bagian tubuh yang bernilai tinggi dari harimau adalah kulit yang digunakan sebagai dekorasi dan tulang sebagai obat dan suplemen kesehatan.

Menurut kepercayaan masyarakat Cina, tulang harimau telah digunakan 1000 tahun yang lalu dengan fungsi untuk relaksasi tendon, meningkatkan laju sirkulasi darah, dan menguatkan otot. Namun, ada juga obat yang menggunakan tulang dari berbagai hewan yang dikenal dengan bone-related medicine. Obat ini menggunakan tulang dari domba, rusa, dan anjing. Penggunaan tulang harimau termasuk ke dalam bone-related medicine yang kandungannya  tidak berbeda dari tulang lain. Bahan utama dari penggunaan obat ini adalah protein dan kalsium.

 

Penggunaan tulang harimau telah tersebar luas dan “laku” di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh aspek psikologis dari masyarakat yang menggunakan tulang harimau. Mereka menganggap harimau merupakan hewan yang kuat dan ditakuti, raja hutan, dan beberapa menganggap harimau sebagai simbol kesehatan dan kesejahteraan. Ratusan tahun yang lalu masyarakat Cina mencoba menggunakan bagian lain dari tubuh harimau untuk mengobati bagian dari tubuh manusia. Contohnya, penggunaan hati harimau untuk mengobati hati manusia. Jadi, tulang harimau dipercaya memiliki khasiat untuk tulang dan tendon manusia walaupun tulang dari hewan lain memiliki khasiat yang sama. Namun, secara psikologis, orang percaya bahwa tulang harimau memiliki khasiat yang lebih kuat.

Penggunaan tulang harimau sering diiringi dengan minuman beralkohol khas Cina. Minuman beralkohol itu sendiri jika ditambahkan dengan bahan herbal Cina sudah menghasilkan efek yang signifikan sebagai antiinflamasi dan “painkiller”. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan tulang harimau secara tunggal kurang bisa menghasilkan efek. Jadi, yang berpengaruh terhadap kesehatan campuran herbal tadi atau tulang harimau? Supplier obat di cina juga menggunakan ramuan tersebut untuk mengobati rematik. Namun, tulang yang dipakai bukanlah tulang harimau, melainkan tulang tikus mondok (mole). Jika supplier tersebut menggunakan tulang tikus mondok, maka bisa dianggap tulang tersebut memiliki khasiat yang sama dengan tulang harimau. Ramuan lain yang digunakan adalah “Dragon Bone Liquor”. Ramuan tersebut menggunakan tulang kelinci dan digunakan untuk obat radang dan menghilangkan rasa sakit. Penggunaan merk “Dragon Bone” hanya untuk promosi komersial. Sementara “Dragon Bone” dan tulang harimau tidak memiliki perbedaan yang signifikan sebagai antiinflamasi dan penghilang rasa sakit, begitu pula dengan berbagai tulang lain yang digunakan sebagai bone-related medicine. Sehingga tidak perlu menggunakan tulang harimau sebagai obat jika terdapat pengganti dengan efek yang sama.

Saat persediaan tulang harimau tidak memenuhi permintaan, beberapa supplier menggunakan tulang macan tutul. Macan tutul memiliki morfologi yang mirip dengan harimau. Hal ini masih rasional karena harimau dan macan tutul masih berada dalam satu genus, yaitu Panthera. Namun, ada yang beralih ke macan dahan (clouded leopard) yang ukurannya lebih kecil dan jelas bukan dari genus Panthera, melainkan Neofelis. Mereka menggunakan keluarga kucing besar yang disebut sebagai “Bao” dan menganggap hewan yang berada dalam keluarga tersebut memiliki relasi dekat dan dapat juga digunakan untuk pengobatan sebagai substitusi dari tulang harimau. Hal yang dijelaskan di atas tadi tidak memiliki landasan ilmah, hanya berlandaskan kepada psikologi manusia saja. Bahkan ada supplier yang menjual ramuan dengan gambar harimau di kemasannya, namun yang sebenarnya dipakai adalah tulang singa yang bahkan tidak berada di Cina.

Pertimbangkan: perlukah menggunakan tulang yang berasal dari harimau? Perlukah mempertahankan tradisi obat ratusan tahun lalu semetara ada subtitusi yang lebih mudah didapatkan dan berkhasiat lebih baik?

 

 

 

Sumber

Nowell, Kristin dan Xu Ling. 2007. Traffic East Asia Report: Taming the Tiger Trade, China’s Market for Wild and Captive Tiger Product Since The 1993 Domestic Trade Ban. Traffic East Asia. Hongkong, China.

Mills, Judy A, dan Peter Jakson. 1994. Killed For A Cure: A Review For A Worldwide Trade in Tiger Bone. Traffic East Asia.

Stoner, Sarah dan Natalia Pervushina. 2013. Traffic East Asia Report: Reduced to Skin and Bones Revisited. Traffic East Asia. Kuala Lumpur, Malaysia.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *