VIRAL: ANAK UKF PENGAMATAN SENDIRIAN DI LAMPUNG

Momen lebaran adalah waktu yang tepat bagi mahasiswa rantau untuk kembali ke kampung halaman. Kumpul bersama keluarga, melepas rasa rindu kepada sanak saudara, atau jalan-jalan ke tempat yang biasa dikunjungi semasa SMA adalah contoh hal yang pasti dilakukan mahasiswa rantau selama pulang kampung. Tapi ada satu agenda wajib yang sudah aku rencanakan sebelum pulang kampung dan sangat harus aku lakukan, pengamatan satwa. Bukan anak UKF namanya, kalau kemana-mana tapi gak pengamatan. Apalagi pergi ke tempat yang satwanya sedikit berbeda dengan kampus, pasti semangat banget buat pengamatan. Kan jadi bisa nambahin list satwa jumpaan di iNaturalist. Walaupun waktu liburan anak-anak UKF tidak selama mahasiswa IPB lain, justru itu tantangannya. Sekalian belajar manajemen waktu yakan, hehe.

Salah satu sungai di lokasi pengamatanku

Aku berasal dari Krui, Pesisir Barat, Lampung. Daerah pesisir yang masih asri dan banyak sekali tipe habitat yang cocok untuk dieksplor jenis-jenis satwanya. Mulai kawasan pantai, persawahan, sungai, hingga hutan pantai. Selama aku di kampung, cuaca pun sangat mendukungku untuk pengamatan satwa.

Sebelum aku pergi pengamatan, aku sempatkan membuka facebook untuk sekedar mengecek apakah permintaanku untuk bergabung ke grup fotografi satwa liar di Lampung sudah di acc. Rencananya buat cari teman pengamatan, hehe. Setelah aku cek, ternyata belum di acc. “Yaudah gapapa sendiri aja, lebih bebas juga mau kemana-mananya”, pikirku. Aku pengamatan di hutan pantai dekat rumah, sekitar jam 07.30 WIB. Tempatnya dekat dari rumah, sekitar satu kilometer. Sebelum sampai hutan, aku melewati areal persawahan. Tepat di saluran irigasi persawahan, aku cukup terkejut, karena aku melihat satu sosok warna hitam tengah membungkuk seperti sedang minum air (langsung) dari aliran irigasi. Ketika aku dekati, barulah ketahuan. Ternyata sosok itu adalah seekor siamang (Symphalangus syndactylus). Kita berdua sama-sama kaget, “Ternyata siamang bisa juga turun ke lantai hutan ya..”, pikirku. Primata besar itu juga langsung lari menuju hutan setelah mengetahui kehadiranku di dekatnya. Aku buru-buru mengangkat kamera, untuk mengambil momen itu. Dari banyak jepretan, hanya satu yang lumayan hasilnya. Tidak apa, yang penting dapat momennya, hehe.

Sosok hitam yang aku lihat

Setelah siamang itu kabur dan tidak terlihat lagi, aku melanjutkan perjalanan menuju hutan. Dari jauh aku mendengar suara primata bersaut-sautan, menyerupai morning call owa jawa yang biasa aku dengar. Beruntungnya aku, selesai satu perjumpaan aku langsung disambut meriah oleh kawanan owa yang seolah-olah memanggilku untuk mendatangi mereka. Takut ketinggalan momen itu, aku bergegas mengikuti arah datangnya suara. Ternyata pemilik suara itu adalah kawanan owa ungko (Hylobates agilis). Sepertinya kehadiranku belum diketahui oleh mereka. Aku perlahan bergerak mendekati mereka, kearah tempat pemakaman umum kampung (memang di hutan gaes tempatnya). Sampai di tempat yang aku rasa cukup untuk kameraku mengambil momen mereka, aku langsung mengabadikannya. Tidak lama, mereka langsung menyadari kehadiranku di tengah mereka.

Dua ekor owa ungko yang berhasil aku foto

Selesai dari kawanan owa ungko, aku melanjutkan pengamatanku menyusuri hutan. Sekitar 3 jam di hutan, aku menyelesaikan pengamatanku. Sedikitnya aku berhasil mengabadikan beberapa satwa, dari sekian banyak jenis yang aku jumpai. Banyak daftar jenis baru yang aku temui selama pengamatan. Ternyata enak juga punya kampung beda pulau sama kampus, jadi bisa ketemu banyak jenis baru, hehe. Sekian cerita pengalamanku selama pengamatan di kampung. Ayo lihat daftar satwa yang aku jumpai ketika pengamatan di inaturalist (https://www.inaturalist.org/people/imamukf)!

U.. K.. F.. Selamatkan Fauna Indonesia!

Tinggalkan Balasan